Home » Menelusuri Batik Mlatiharjan di Kota Santri
Menelusuri Batik Mlatiharjan di Kota Santri

Menelusuri Batik Mlatiharjan di Kota Santri (Foto: Susmintarta)

DEMAK, KanalMuria – Kabupaten Demak memang identik sebagai Kota Wali. Namun Kota Santri ini juga memiliki batik pesisir bermotif biota laut, belimbing atau jambu air dan ornamen pintu bledek Masjid Agung.

“Saya sudah sembilan tahun menekuni usaha batik. Belajar membatik saat ada pelatihan dari desa, awalnya menggunakan canting atau cap,” kata Kusmi Darminik warga Desa Mlatiharjo, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak yang memiliki UMKM Batik Mlatiharjan bersama Arif Purwanto. Usaha yang ditekuni ini sudah berdiri sejak 2013 sampai sekarang.

Berkat pelatihan dari desa, Anik, sapaan Darminik, mengatakan usahanya menggunakan dua teknik membatik, yaitu cap dan canting atau batik tulis. Selain itu, karena hobinya yang gemar menggambar, membuatnya dapat mengembangkan motif batik miliknya.

Anik mengaku, batiknya sudah mempunyai ratusan motif. Di antaranya motif dari Desa Mlatiharjo yang awalnya buah kelengkeng dan padi. “Saat ini sudah membuat ratusan motif batik, terutama Demakan. Seperti biota laut, pertanian, buah-buahan, dan namen pintu Masjid Agung Demak,” jelasnya.

Selain motif khas Demak, dia juga sempat memproduksi batik bermotif ilir-ilir. Motif ini terinspirasi dari tembang Jawa, Ilir-Ilir, yang Anik kreasikan dalam batik. Ada juga batik bernuansa nusantara yang menggambarkan peta Indonesia.

“Motif ilir-ilir itu kan tembang Jawa diciptakan Sunan Kalijaga asli Demak. Jadi saya buat motif ilir-ilir, ada jambu dan irisan belimbing. Kalau batik nusantara karena pas 17 Agustus, memperingati kemerdekaan. Batik itu diberi nama oleh pelanggan, jadi Batik Nusantara,” ujar Anik, menceritakan asal mula penamaan Batik Ilir-Ilir dan Batik Nusantara.

Menurut Anik, dari banyaknya motif batik yang telah dia buat, batik khas Demak paling banyak diminati. Batik tersebut sering dibeli untuk dijadikan oleh-oleh. Selain kain batik, dia memproduksi topi, tas, sarung hingga sajadah. Untuk harga, Anik mematoknya mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 400 ribu.

“Topi seharga Rp 50 ribu, untuk kain batik 2 meteran itu cap Rp 140 ribu. Kalau untuk batik tulis Rp 300 – Rp 400 ribu,” jelasnya.

Anik mengaku memasarkan produknya melalui media sosial. Namun pembeli juga bisa datang langsung ke tempat usahanya di Desa Mlatiharjo, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak. (iby/sus/de)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *