JAKARTA, KanalMuria – Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) merilis kasus acute kidney injury (AKI) yang terjadi di tiga negara, yaitu Indonesia, Gambia dan Nigeria. Dalam rilis Kemenko PMK itu, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan kasus AKI atau gagal ginjal akut progresif atipikal terbanyak.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus AKI tahun 2022 di Indonesia total ada 208 laporan dan 118 di antaranya meninggal. Angka itu jauh melampaui Gambia yang berjumlah 50 kematian. Sementara di Nigeria jumlah kematian karena AKI hanya ada di angka 28 pasien.
“Karena itu, perlu pelacakan mulai dari asal muasal bahan baku. Kemudian masuknya ke Indonesia, hingga proses produksi obat yang mengandung kedua zat berbahaya tersebut,” kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy dalam keterangan tertulisnya, Minggu (23/10).
Seperti yang diberitakan KanalMuria sebelumnya, kasus AKI disebabkan adanya obat sirup yang tercemar etilen glikol (EG) dan deitilen glikol (DG). Diketahui, bahan baku obat itu masih impor, dan karena itu Muhadjir meminta pihak kepolisian untuk mengusut kasus ini.
Dia secara spesifik meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, melakukan investigasi. Permintaan disampakan saat rapat koordinasi dengan Kemenkes, Kemendag, Kemenperin dan BPOM secara virtual pada Jumat, (21/10).
Bareskrim Polri diketahui telah membuat tim untuk menginvestigasi kasus AKI karena kandungan EG dan DEG pada obat sirup. “Pengusutan ini penting untuk memastikan ada tidaknya tindak pidana di balik kasus tersebut. Permintaan disampaikan mengingat kejadian gangguan ginjal kronis ini sudah mengancam upaya pembangunan SDM, khususnya perlindungan terhadap anak,” jelasnya
Sementara itu, Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, timnya sudah mulai bertindak. Dia mengaku pengusutan itu dilakukan bersama Bareskrim serta stakeholder terkait, seperti Kemenkes dan BPOM.
Dedi mengatakan, pengusutan itu dilakukan secara sinergi oleh tim Bareskrim dan stakeholder terkait, termasuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan BPOM. “Hari ini tim dari Bareskrim bekerja dengan agenda mengecek hasil laboratorium bersama Kemenkes dan BPOM,” ujar Dedi kepada wartawan, Senin (24/10) pagi.(iby/de)