Home » Meminimalisasi Abrasi, Delegasi 20 Negara Turut Berkontribusi Tanam Bibit Mangrove
Meminimalisasi Abrasi, Delegasi 20 Negara Turut Berkontribusi Tanam Bibit Mangrove

Meminimalisasi Abrasi, Delegasi 20 Negara Turut Berkontribusi Tanam Bibit Mangrove (Foto: Dok Timkom Pemkot Pekalongan)

KOTA-PEKALONGAN, KanalMuria – Kemitraan Indonesia bersama Pemkot Pekalongan dan para delegasi dari 20 negara memulai program Adaptation Fund untuk mengatasi perubahan iklim di Kota Pekalongan. Salah satu upayanya adalah mereka turut berkontribusi secara langsung menanam puluhan bibit mangrove di kawasan pesisir Utara Kota Pekalongan, Kamis (08/06).

Penanaman mangrove ini dilakukan sebagai ikhtiar mengantisipasi dan meminimalisasi dampak perubahan iklim akibat abrasi air laut yang semakin meluas.

Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid yang hadir secara langsung kegiatan penanaman mangrove tersebut, mengaku bersyukur, Kemitraan Indonesia bersama para delegasi dari 20 negara yang tergabung dalam Program Adaptation ini bisa meninjau langsung bagaimana situasi dan kondisi wilayah pesisir di Kota Pekalongan

“Pagi ini belum terlalu rob, tetapi siang hari biasanya rob agak tinggi lagi disini. Mereka bisa mengamati langsung, tidak hanya presentasi ataupun lewat video saja, mudah-mudahan dari kegiatan ini muncul suatu ide dan tindakan untuk penanganan jangka pendek, menengah, maupun panjang salah satunya melalui adanya kegiatan penanaman bersama bibit mangrove ini,” jelas Aaf sapaan akrabnya, dikutip dari pekalongankota.go.id.

Aaf meminta kepada relawan maupun seluruh masyarakat agar usai bibit mangrove ini ditanam dan tumbuh bisa bersama-sama menjaga keberlangsungannya dalam rangka meminimalisasi abrasi air laut yang semakin tahun semakin tinggi.

Pihaknya berharap, kurang lebih 1 tahun bibit mangrove ini bisa tumbuh subur dan hal ini merupakan ikhtiar bersama untuk menyelamatkan pesisir Kota Pekalongan. Mengingat, berdasarkan pengukuran dari 10 tahun lalu tinggi abrasi sudah hampir 20 meter.

Kemudian, upaya Kota Pekalongan dengan adanya pembangunan tanggul raksasa di sebelah utara yang diperkirakan bisa awet sampai 8 tahun, ternyata baru 4 tahun air laut sudah melimpas di atas tanggul tersebut. Karena, abrasi maupun perubahan iklim ini tidak bisa diprediksi.

“Tidak hanya kenaikan tingginya air laut saja melainkan juga permasalahan di sini yang kompeks adalah adanya penurunan muka tanah yang luar biasa. Kendati demikian, kami selalu berupaya untuk meminimalisasi perubahan iklim yang terjadi,” katanya.

Berdasarkan penuturan dan pendapat dari para delegasi ini, memang Kota Pekalongan perlu ada perhatian dan penanganan khusus. “Syukur-syukur nanti ada anggaran yang signifikan untuk bisa diberikan ke Kota Pekalongan dalam mengatasi dampak perubahan iklim ini,” ujarnya.

Sementara itu, Head of Mission Adaptation Fund, Mikko Ollikainen menuturkan, Adaptation Fund bersama delegasi dari 20 negara yang tergabung dalam program Adaptation Fund begitu senang dan tertarik bisa melihat langsung kondisi riil di lapangan dalam penerapan proyek penanganan perubahan iklim yang luar biasa ini.

“Apa yang dilakukan dalam program ini adalah memadukan pembangunan infrastruktur yang sudah ada seperti pemecah gelombang dengan penanaman mangrove agar bisa terpadu dan sinergi,” ungkap Mikko.

Mikko menyebutkan, untuk anggaran yang digelontorkan dalam Adaptation Fund sejauh ini sebesar USD 2,5 juta dan sampai akhir proyek ini total sekitar USD 6 juta, mengingat program ini berkelanjutan secara multiyears. (jt/ion)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *