
“Warok” Wonogiri Langgengkan Kesenian Reog (Foto: Dok DPRD Jateng)
WONOGIRI, KanalMuria – Kesenian reog tak hanya berkembang di daerah asalnya Ponorogo. Wonogiri pun sebagai daerah serumpun juga turut memiliki reog yang kesehor itu.
Sebagaimana yang dipentaskan dalam acara Media Tradisional DPRD Provinsi Jawa Tengah, reog tampil dengan ciri khas “sangar”-nya. Pada kesempatan itu anggota DPRD Jateng Ayuning Sekarsuci hadir langsung sekaligus menjadi narasumber untuk mengulas kesenian reog, pada Minggu (20/11), di Desa Jendi, Kecamatan Girimarto.
Dilansir dari laman dprdprov.go.id, budayawan Wonogiri Bimo Putut Wahono mengemukakan, sebenarnya reog merupakan suatu bentuk tarian komunal dan dikemas sebagai pertunjukan sendratari. Terdiri atas penari topeng menyerupai harimau berukuran besar dengan hiasan bulu ekor merak (dadak merak) dan beberapa penari lain dengan kostum raja, panglima perang, kesatria, dan prajurit yang menunggang kuda.
Seni pertunjukan ini, lanjut dia, melibatkan beberapa penari yang memiliki peran dalam alur cerita yang dibawakan. Seperti penari warok, jatil, bujangganong (pujanggaanom), kelanasewandana, dan barongan. Penari yang menjadi ikon dari pertunjukan Reog Ponorogo adalah pembarong yang menari sambil membawa dadak merak dengan cara digigit dengan mulutnya.
“Kemudian dadak merak merupakan alat peraga utama yang dihiasi dengan kepala menyerupai kepala harimau dan burung merak dengan bulu ekor merak sebagai hiasan yang sangat indah,” kata budayawan Wonogiri Bimo Putut Wahono.
Ayuning menambahkan, berkembangnya reog di Wonogiri karena letaknya satu kawasan di Pegunungan Kapur dan memiliki tipe budaya yang sama dengan Ponorogo. Sekarang ini reog bisa dibilang tak hanya berkembang di Wonogiri dan Ponoroga saja. Semua daerah turut mengembangkan kesenian ini.
“Kesenian Reog Ponorogo merupakan asli budya Indonesia yang didaftarkan Unesco. Maka dari itu kita patut bangga dengan reog,” ujar anggota Komisi A itu.
Selanjutnya Bimo menegaskan pemerintah sedapat mungkin untuk terus membina serta mengembangkan kesenian ini. Tanpa ada dukungan pemerintah, kesenian lokal tidak bisa berkembang. “Bicara kebudayaan tidak lapas dari pemersatu dimana masyarakat bisa guyub rukun untuk bersama-sama melihat kesenian. Kebudayaan menjadi perekat antar masyarakat satu dengan yang lain ungkat pegiat seni,” katanya. (iby/ion)