
Tradisi Prosesi Larap Slambu, Jadi Simbol Penyucian Hati dan Pikiran (Foto: Dok Diskominfo Sragen)
SRAGEN, KanalMuria – Bagi masyarakat Jawa 1 Suro bertepatan dengan Tahun baru Islam 1 Muharam 1445 Hijriyah umumnya diperingati oleh masyarakat Jawa sebagai bulan sakral.
Biasanya masyarakat mengisi acara festival yang telah diwariskan menjadi tradisi yang turun temurun dan tetap dilakukan hingga sekarang.
Perayaan 1 Suro di Kabupaten Sragen khususnya di Gunung Kemukus selain melakukan ziarah di makam Pangeran Samudro pada malam 1 Suro juga dilakukan tradisi Larap Slambu.
Melansir dari sragenkab.go.id, Larap Slambu merupakan tradisi pencucian kelambu di makam Pangeran Samudro yang dilaksanakan di kompleks makam Pangeran Samudro, pada Rabu (19/07) pagi.
Prosesi Larap Slambu mengandung filosofi sebagai penyucian hati dan pikiran dengan air yang didapat dari tujuh sendang atau mata air karena air merupakan sumber kehidupan manusia.
Ketujuh mata air berasal dari sendang Ontrowulan, Sendang Ceper, Sendang Kedung Uter, Sendang Desa Pendem, Sendang Mojosongo, dan Sendang Keraton Solo.
Selain didatangi masyarakat sekitar, ritual Larap Slambu juga menarik minat sejumlah wisatawan dari luar Sragen seperti dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera, dan Kalimantan serta beberapa mahasiswa yang sedang KKN dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang di Kecamatan Tanon.
Sebut saja Rani pengunjung asal Lampung, wanita 40 tahun ini sengaja datang bersama suaminya dan menginap di sekitar Gunung Kemukus untuk mengikuti ritual Larap Slambu serta menyiapkan satu botol mineral kosong untuk diisi air cucian kelambu.
“Saya tahu Kemukus dari Youtube dan tertarik untuk langsung datang ke sini bersama suami saya. Semalam sudah ziarah di makam Pangeran Sukowati dan semalam melekan juga. Sekarang ingin lihat lebih dekat ritualnya,” tuturnya.
Ada pula Laras dan Septia asal Jawa Barat, yang berkuliah di Undip dan sedang melaksanakan KKN di Desa Karangasem Tanon, mengatakan baru pertama kali mengetahui ritual Larap Slambu.
Ia berharap acara seperti ini dapat terus dilestarikan oleh Pemkab Sragen agar lebih masif lagi dalam mempromosikan tradisi budaya lokal.
Penanggung jawab Gunung Kemukus Suparno menyatakan jika agenda tahun ini tetap sama dengan tahun sebelumnya.
Ritual dimulai dengan pelepasan kelambu makam Pangeran Samudro oleh Bupati Sragen kemudian diserahkan kepada Camat Sumberlawang dan Camat Miri yang diiringi puluhan pengawal berbaju kerajaan dan penari wanita pembawa uborampe.
Namun dalam prosesinya mengalami sedikit perbedaan seperti pengiring pembawa kelambu dibagi menjadi dua sisi yakni kiri dan kanan dengan tujuan ingin memperlihatkan budaya jawa yang lebih dekat kepada masyarakat.
Jumlah pengunjung yang antusias datang sejak 18 Juli hingga Ritual Larap Slambu disebutkannya mencapai 8000-an pengunjung.
Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan pihaknya telah berkomunikasi dengan Badan Otoritas Borobudur (BOB) terkait kalender rutin/kalender pariwisata di Jawa Tengah maka Sragen wajib memiliki acara dengan konsep dan waktu yang jelas, sehingga dapat dimasukkan dalam kalender pariwisata Jawa Tengah.
“Baru tahun ini saya minta kepada Dispora dan ASN Kabupaten Sragen agar tahun ini mengemas Larap Slambu dengan berbeda dan lebih detil meskipun kegiatan ini akan menjadi agenda rutin tahunan. Kali ini mengerahkan seluruh ASN untuk bisa hadir supaya esensi syiarnya dapat memberikan informasi kepada masyarakat,” ungkapnya.
Dijelaskan, kegiatan ini sebenarnya mengundang Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo namun tidak dapat hadir. Ia berharap kegiatan ini menjadi kegiatan rutin yang spesifik sehingga meningkatkan jumlah wisatawan dan PAD Kabupaten Sragen diera New Kemukus yang baru. (jt/ok)