DEMAK, KanalMuria – Kusmi Darminik dan Arif Purwanto, perajin batik asal Desa Mlatiharjo, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak dipusingkan membanderol kain batik produksinya. Naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), menjadi salah satu faktor yang membuat pemilik Batik Mlatiharjan itu tidak serta merta menaikkan harga jual batiknya.
“Mau naikin harga bingung. Soalnya harga bahan naik semua. Tapi kalau harga batik dinaikan, pasti tidak laku,” kata Anik sapaan akrabnya
Dia menyebut, produknya dibanderol dengan harga terjangkau dari Rp 50 ribu – Rp 400 ribu. Dengan harga yang telah ditetapkan, biasanya hanya pada batik seharga Rp 150 ribu sampai Rp 250 ribu yang terjual.
Dia mengaku, batik cap lebih banyak peminatnya dibandingkan batik tulis. “Ya itu (batik cap) banyak yang memesan, kalau tulis jarang sekali. Itu pun pasti juga ditawar,” jelasnya.
Karena alasan tersebut, Anik dan Arief memutuskan tidak menaikan harga jual batiknya. Namun dia mengaku ingin menyesuaikan harga dengan dana produksi. Faktor lainnya, rendahnya minat terhadap batik Demak dinilai karena kalah pamor dengan batik daerah lain. Ini membuat Anik berpikir ulang jika ingin menaikkan harga. (sus/iby/de)