
Tampil di Depan Rektor ISI Yogyakarta, Tunggak Semi Sendratari Sejarah Bandongan (Foto: Dok Pemkab Magelang)
MAGELANG, KanalMuria – Tunggak Semi, sebuah drama tari yang bercerita tentang sejarah Bandongan tampil di depan Rektor ISI Yogyakarta, Timbul Raharjo. Pertunjukan karya seorang dosen pendamping P3WILSEN bernama Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar ini melibatkan 100 penari Desa Bandongan. Pertunjukan digelar di depan Balai Desa Bandongan Selasa (15/08)
Sendratari karya Setya Rahdiyatmi itu terdiri dari tiga babak. Babak pertama menggambarkan nama wilayah Bandongan yang merupakan singkatan dari ngemBan nggenDong paNgan.
Nama itu menggambarkan suatu wilayah dengan nuansa pertanian yang subur. Pada masa itu para petani di Bandongan masih memuja Dewi Sri sebagai Dewi Padi.
Babak kedua menggambarkan kedatangan Pangeran Diponegoro yang memberikan pengajian di Dusun Beran Bandongan. Peristiwa itu menggambarkan situasi meluasnya penyebaran Islam.
“Karena itu pada babak kedua, pakaian yang dipakai para penari puteri relatif tertutup. Meski tidak memakai hijab para penari puteri sudah memakai pakaian lengan panjang. Sedangkan pada babak pertama lengan para penari puteri masih terbuka,” kata Setya, dikutip dari magelangkab.go.id
Pada babak ketiga, tarian yang dibawakan menggambarkan akulturasi karena datangnya berbagai ragam budaya, kata Satya.
Pertunjukan sendratari itu digelar Pemerintah Desa Bandongan dalam rangka menyambut kedatangan Tim Monitoring dan Evaluasi P3WILSEN (Program Pembinaan dan Pengembangan Wilayah Seni) di halaman Balai Desa Bandongan.
Tim Evaluasi dipimpin langsung oleh Rektor ISI didampingi sejumlah akademisi lainnya. Kedatangan Tim Evaluasi disambut Camat Bandongan yang diwakili oleh Sekretaris Kecamatan Bandongan Haryono dan Kepala Desa Bandongan, Sudjono.
Pada kesempatan tersebut, Rektor ISI menyampaikan pujian kinerja P3WILSEN karena hanya dalam waktu dua minggu dapat menghasilkan sendratari yang mempunyai makna yang dalam.
Sebenarnya, hal itu biasa kata Prof Timbul karena ISI memang bertugas mendidik orang untuk melakukan aransemen dan koreografi.
Selanjutnya dijelaskan bahwa Program P3WILSEN telah dilaksanakan di 30-an wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tim P3 WILSEN di Bandongan dipimpin oleh Satya Radhiyati Kurnia Jatilinuar dan Galih Rakasiswi berserta enam mahasiswa.
Menurut Setya kegiatan P3WILSEN untuk melaksanakan pembinaan seni akan berlangsung selama satu bulan dari 27 Juli – 27 Agustus 2023 di Desa Bandongan. “Sekarang ini, kegiatan telah berlangsung selama dua minggu,” jelasnya.
Beberapa jenis seni yang saat ini dalam pembinaan ISI antara lain, soreng, jathilan, gojeg bocah, rebana. “Ada yang mengatakan kesenian gojeg bocah itu sudah punah. Tapi sebenarnya masih dimainkan di Wonolelo. Gojeg bocah ini merupakan salah satu jenis kesenian yang masuk dalam pembinaan kami,” ungkap Setya.
Dia menjelaskan P3 WILSEN menjadi wahana kerja kolaboratif antara dosen, mahasiswa, dan masyarakat dalam upaya melestarikan dan mengembangkan potensi kesenian lokal. Kegiatan ini merupakan bentuk penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi bagi civitas ISI Yogyakarta dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. (jt/ok)