
Sukses Budidaya Krisan, Mugiyarsi Ajak Generasi Milenial Jadi Petani (Foto: Dok Diskominfo Sragen)
SRAGEN, KanalMuria – Menjadi petani bunga di wilayah Kabupaten Sragen tampaknya tidak mudah. Kendati tanaman bunga bisa tumbuh sepanjang masa, cuaca tetap jadi faktor penentu.
Seperti bunga krisan, salah satu tanaman hias yang mampu tumbuh sepanjang tahun. Selain bisa digunakan sebagai pembersih udara di dalam ruangan, bunga ini sering dijadikan hiasan dekorasi pernikahan.
Bicara tentang bunga krisan, salah satu petani yang sukses mengembangkan usaha bunga krisan di Kabupaten Sragen adalah Mugiyarsi, 40.
Berbekal semangat pantang menyerah, Wanita asal RT 03, Dukuh Cengklik, Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo ini sudah menggeluti usaha budidaya bunga krisan sejak 2011 lalu.
“Awalnya dulu saya bekerja di florist Bogor, Jawa Barat selama 7 tahun. Setelah itu saya pulang ke Sragen dan sempat juga buka usaha florist di daerah Ngargoyoso, Karanganyar selama 2 tahun. Namun karena ada kendala sewa kiosnya, lalu saya putuskan untuk mencoba menjadi petani Bunga Krisan,” terang Mugiyarsi, di salah satu greenhousenya di Desa Sukorejo, Sambirejo, Jumat (17/02).
Mengutip dari sragenkab.go.id, berkat keuletannya, kini Yarsi sapaan akrabnya sudah mempunyai 3 greenhouse yang dikelola bersama 2 kakaknya. Ketiga greenhouse itu luasnya 500 meter persegi, 1.200 meter persegi dan 1.000 meter persegi.
“Untuk greenhouse di Kampung Serandu, Desa Sukorejo dan Dukuh Grompol khusus saya tanami bunga krisan dengan 3 varietas. Ada krisan putih, kuning dan pink. Kalau di lahan satunya yang luasnya 1.000 meter persegi saya tanami pikok (bunga kecil – kecil) sebagai filer, dan daun–daun untuk keperluan dekorasi wedding,” ujarnya.
Mugiyarsi mengaku secara teori lahan yang ditanami bunga krisan belum tentu cocok untuk ditanami bunga hias ini. Karena teorinya ketinggian tempat harus 700 – 900 mdpl. Sedangkan di lahannya itu, ketinggiannya hanya 400 mdpl.
“Jadi, lumayan berpikir dan penasaran masak gak bisa ditanami di sini. Satu greenhouse ditanami semua varietas, nanti yang bisa ditanami apa di sini, ternyata di sini warna–warna dasar putih, kuning, pink bisa. Meskipun untuk warna pink nya kurang pekat dan tidak seperti di dataran tinggi,” kata Mugiyarsi.
Meski demikian, Ia menyebut ada kelebihan dari bunga krisan di tempatnya. Yakni, batang tanaman dan tangkainya lebih kuat dibandingkan tanaman yang ditanam di dataran tinggi.
Masa tanam bunga krisan hingga panen, mulai umur 100 – 105 hari, biasanya sampai 120 hari atau 4 bulan habis terjual. Sementara bibit tanaman krisan diambilnya dari Bandungan, Ambarawa, Jawa Tengah.
Tidak hanya dari Sragen, konsumen bunga krisan dan tanaman lain yang ditanamnya itu berasal dari Karanganyar (Jawa Tengah), dan daerah di Jawa Timur seperti, Ngrambe, Jogorogo, Madiun dan Magetan.
Satu ikat bunga krisan dihargai mulai dari Rp25 ribu – Rp35 ribu per bungkus tergantung musim. Satu harinya Mugiyarsi mampu menjual rata – rata 1.700 – 1.800 bungkus.
Dari hasil penjualan tersebut, omzet yang diraih dari tiga lahan itu bisa mencapai Rp15 juta – Rp20 juta per bulannya.
Mugiyarsi juga mengaku teknik proses penanaman bunga krisan cukup mudah. Menurutnya, saat budidaya krisan itu yang utama adalah kondisi cuaca. Karena, jika kondisi kebun terlalu panas, maka warna bunga krisan itu sendiri bisa pudar.
“Kalau malam hari, umur 0 – 30 hari harus ada penyinaran. Tapi kalau masalah penyiraman, pemupukan dan penyiangan rumput secara instink naluri petani pasti tahu. Lebih mudah ini dibanding cabe karena ini di dalam rumah naungan kalau cabe di luar,” urai Yarsi.
Dia mengakui, membuka usaha di dunia pertanian merupakan hal yang menarik. Apalagi saat ini masih terbatasnya lapangan pekerjaan sehingga pengangguran meningkat. Agribisnis menjadi solusi yang baik mengatasi hal tersebut.
“Banyak anak muda zaman sekarang lebih tertarik bekerja di kantor, kerja di ruang yang sejuk. Oleh sebab itu untuk terjun ke dunia pertanian tidak ada minat. Untuk itu saya ajak anak muda yang lain jangan takut menjadi petani, kesempatannya masih terbuka lebar,” pesannya. (jt/ok)