
Sekolah Adat untuk Keberlanjutan Pelestarian Objek Pemajuan Kebudayaan (Foto: Dok Kemendikbudristek)
JAKARTA, KanalMuria – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus berupaya memberikan layanan pendidikan kepada semua anak bangsa tanpa terkecuali. Termasuk untuk anak-anak masyarakat adat.
Pendirian sekolah adat bertujuan untuk menyediakan sarana belajar budaya yang vital dan berkelanjutan, sehingga menjadi tempat mengembangkan kemampuan dan kapasitas pelaku/pengelola pemajuan kebudayaan. Baik perseorangan, lembaga, maupun organisasi kemasyarakatan di bidang kebudayaan. Upaya ini merupakan wadah mengoptimalkan ruang-ruang publik menjadi ruang interaksi budaya.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi mengatakan, keberadaan sekolah adat merupakan salah satu upaya untuk keberlanjutan pelestarian 10 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) di masa depan. Hal tersebut sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Dalam keterangan tertulis Kemendikbudristek, Sjamsul menuturkan, untuk memberikan percepatan layanan pendidikan bagi masyarakat adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek melalui Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat (KMA), mendukung berdirinya sekolah adat.
Salah satunya di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Pendirian Sekolah Adat Marapu di wilayah Kabupaten Sumba Timur merupakan inisiasi dari Sumba Integrated Development (SID), Yayasan Marungga, Badan Pengurus Marapu (BPM) Kabupaten Sumba Timur, BPM Kecamatan Kahaungu Eti, dan BPM Desa Kamanggih.
Inisiasi tersebut dimulai pada Februari 2023. Kemudian dengan dukungan Voice Global lewat Program Lii Marapu, akhirnya lima Sekolah Adat Marapu di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, berhasil diresmikan pada Rabu (06/09).
Kelima sekolah adat yang diresmikan yaitu Sekolah Adat Marapu Desa Kamanggih, Sekolah Adat Marapu Desa Hambapraing, Sekolah Adat Marapu Desa Pambotanjara, Sekolah Adat Marapu Desa Watupuda, dan Sekolah Adat Marapu Desa Tamburi.
Pendirian Sekolah Adat Marapu dilakukan untuk melestarikan adat budaya Marapu serta sebagai salah satu bentuk tanggungjawab masyarakat Marapu terhadap leluhur untuk mentransfer pengetahuan adat dan budaya Sumba khususnya Marapu bagi generasi muda.
Bangunan sekolah adat tersebut merupakan hasil swadaya masyarakat bersama mitra Direktorat KMA yang nantinya akan menjadi ruang belajar kearifan lokal Marapu bagi peserta didik di desa tersebut.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada semua mitra Direktorat KMA di Kabupaten Sumba Timur yang telah memberikan perhatian dan dukungan dalam pembangunan sekolah adat serta menyiapkan tenaga fasilitator pendidikan adat, sebagai wujud praktik baik kerja gotong royong dalam memberikan layanan pendidikan adat. Semoga kehadiran Sekolah Adat Marapu bisa menjadi percontohan di wilayah Pulau Sumba dan wilayah lainnya di Nusa Tenggara Timur,” ujar Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi, saat peresmian Sekolah Adat Marapu di Kabupaten Sumba Timur, NTT, Rabu (06/09).
Sjamsul menuturkan, saat ini Kemendikbudristek bersama Organisasi Riset, Arkeologi, Bahasa, dan Sastra dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga sedang mengawal penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Fasilitator Pendidikan Masyarakat Adat yang diharapkan dalam tahun ini segera ditetapkan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumba Timur, Ida Bagus Putu Punia, mengatakan bahwa keberadaan sekolah adat menjadi dasar untuk membentuk landasan kembali masyarakat Marapu. “Pemerintah Kabupaten Sumba Timur sangat mendukung program Kemendikbudristek khususnya percepatan pemajuan kebudayaan, terutama pelestarian 10 OPK masyarakat adat Marapu di Kabupaten Sumba Timur,” katanya.
Dalam peresmian tersebut, lima sekolah adat menampilkan hasil pembelajaran sekolah adat. Sekolah Adat Marapu Desa Kamanggih menampilkan tari Haramba, tenun ikat dan tenun songket, anyaman Kalumbut, dan musik tradisional Sumba Jungga Humba dan Gunggi.
Sekolah Adat Marapu Desa Hambapraing menampilkan tari Kandingang. Sekolah Adat Marapu Desa Pambotanjara menampilkan Luluk, sebuah lokakarya tenun ikat. Sekolah Adat Marapu Desa Watupuda menampilkan lokakarya dan pameran selendang hasil tenun songket, dan Sekolah Adat Marapu Desa Tamburi menampilkan tari Patalamba/pukul tambur. (ion/eds)