Home » Ribuan Orang Meriahkan Tradisi Sewu Kupat
image_750x_661fbc9d219cf

KUDUS, Kanalmuria.com-Berbagai kegiatan perayaan tradisi syawalan dilakukan oleh masyarakat Kudus. Salah satu kegiatan yakni tradisi Sewu Kupat (Seribu Ketupat) yang digelar di kawasan Taman Ria Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.

Dalam tradisi Sewu Kupat Muria seluruh warga Desa Colo dan desa-desa lain ikut terlibat untuk kenduri. Kegiatan diawali dengan ziarah ke Makam Sunan Muria setelah itu gunungan ketupat dikirab turun untuk dibagikan kepada warga yang datang dan sudah menunggu di kawasan Taman Ria Colo, Rabu (17/4).

Penjabat Bupati Kudus Muhamad Hasan Chabibie yang menghadiri kegiatan Sewu Kupat Muria ikut terlibat langsung mulai dari ziarah ke Makam Sunan Muria kemudian melepas peserta kirab gunungan ketupat, lepet dan hasil bumi. Dimana, Pj bupati mengapresiasi tradisi budaya yang masih dilakukan oleh masyarakat Kudus. Ia berpesan agar kearifan lokal terus dijaga agar khazanah budaya makin berkembang.

Setelah sempat terhenti karena pandemi Covid-19 tahun ini kegiatan kirab Tradisi Sewu Kupat Muria digelar lebih meriah dengan melibatkan seluruh desa yang ada di Kecamatan Dawe. Bahkan antusias warga sangat tinggi sehingga kawasan wisata Colo dipenuhi ribuan orang yanb ingin ikut berebut gunungan kupat dan hasil bumi yang dipercaya membawa berkah.

Salah satu warga Alfiyah mengaku datang ke Colo untuk melihat Tradisi Sewu Kupat Muria yang dipercaya membawa berkah apalagi pada saat Lebaran Ketupat atau Tradisi Syawalan sejumlah perusahaan di Kudus libur.

“Sengaja datang ke sini untuk berwisata bersama keluarga karena libur kerja. Saya juga ingin ikut mendapatkan gunungan yang dikirab”, katanya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Sutini, Rabu (17/4).

Sementara itu kegiatan tradisi syawalan yang digelar masyarakat Kudus tidak hanya kirab Sewu Kupat Muria saja. Di sejumlah lokasi juga ada kegiatan seperti tradisi Bulusan yang berada di Dukuh Bulusan Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo dan juga pesta perahu di Desa Kesambi Kecamatan Mejobo. Sedangkan hampir semua warga di desa-desa mengelar kenduri ketupat di masjid-masjid yang dilakukan usai salat subuh yang dilanjutkan makan bersama. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *