
Petani Tambak Diedukasi Budidaya Bandeng dengan Bioflok dan Conical Tank (Foto: Dok Pemkot Pekalongan)
KOTA-PEKALONGAN, KanalMuria – Pemkot Pekalongan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) dan OPD terkait lainnya menggulirkan Program Pendampingan Budidaya Ikan Bandeng. Program ini berbentuk pendampingan budidaya bandeng menggunakan media bioflok dan conical tank.
Sebelumnya, dilakukan pembukaan Sekolah Lapang Budidaya Bandeng (SLBB) pada Selasa (24/01). Kali ini Pemkot menggandeng, Yayasan Zurich Flood Resilience Alliance (ZFRA) dan Yayasan Mercy Corps Indonesia (MCI) menggulirkan program pendampingan budidaya bandeng yang diawali dengan edukasi dan tindak lanjut praktik lapangan (Field trip), penebaran benih bandeng (nener).
Budidaya bandeng yang menggunakan media Bioflok dan Conical Tank ini ditujukan kepada puluhan pembudidaya Kota dan Kabupaten Pekalongan di Kawasan Pesisir Slamaran, Kelurahan Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Rabu (25/01).
Manager Program ZFRA MCI, Denia Aulia Syam menjelaskan, kegiatan field trip tematik 1 mengenai edukasi dan penebaran nener bandeng dengan media bioflok dan conical tank. Kegiatan ini merupakan tindaklanjut program dari pembukaan Sekolah Lapang Budidaya Bandeng yang telah digelar sehari sebelumnya.
“Ini ada kolam conical tank dan bioflok yang sudah disediakan untuk lokasi budidaya pembesaran nener bandeng sebelum dipindahkan ke jaring apung,” jelasnya, seperti dikutip dari laman pekalongankota.go.id.
Menurutnya, pengadaan nener bandeng ini berasal dari pembibitan Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBPAP) Jepara, hingga siap ditabur ke jaring apung. Mercy Corps Indonesia membantu pembelian bibit awal kemudian dana hasil budidaya akan dikelola para anggota komunitas/lembaga pembudidaya ikan bandeng yang telah ditunjuk secara berkelanjutan.
“Untuk setiap conical tank itu ada sekitar 5 ribu benih nener yang ditabur, karena ada 10 conical tank maka total benih yang disebar sekitar 50 ribu nener. Harapannya, dari tingkat hidupnya ada sekitar 55-70 persen yang bisa dikembangkan ke jaring apung yang sebelumnya disortir mana yang sudah siap dipindahkan,” paparnya.
Sementara itu, pendamping petani tambak Kelurahan Krapyak dalam program SLBB , Achmad Sachawi mengungkapkan, untuk memulai budidaya bandeng diawali dengan penyiapan media diisi air yang sudah diukur sanitasinya. Karena sanitasi air yang tepat akan mempengaruhi ukuran dan proses pertumbuhan dan perkembangan nener bandeng ini.
Setelah itu, perlu dilakukan penyesuaian terlebih dahulu kurang lebih 10-15 menit setelah suhu di kantong plastik nener bandeng itu siap ditabur dimasukkan ke media bioflok. Dari kondisi awal, air sebenarnya harus diberi plankton terlebih dahulu untuk proses pembesaran benih lebih maksimal.
“Wilayah Pekalongan ini berada di wilayah pesisir utara, yang kemungkinan alam tidak bisa diprediksi, misalnya terjadi banjir rob. Untuk petani tambak di sini yang biasanya menggunakan kolam biasa, mereka khawatir saat benihnya sudah ditebar, besoknya langsung banjir,” ungkap Sachawi.
Kalau bioflok, jelasnya, bisa dilakukan di lahan yang kosong/tidak terpakai, dengan posisi di daratan. Untuk antisipasi banjir yang datang tiba-tiba, menggunakan media bioflok ini keamanan lebih terjamin.
“Untuk kontrol pun lebih mudah karena ada diameter yang disediakan 5 meter untuk observasi kondisi benih, sampai pengecekan pakan akan lebih mudah,” lanjut Sachawi.
Dia menyebutkan, pendampingan program SLBB ini untuk Kota Pekalongan ada di 3 titik lokasi. Antara lain Kelurahan Krapyak, Bandengan, dan Degayu, yang terletak di Kecamatan Pekalongan Utara. Sementara, untuk Kabupaten Pekalongan, pendampingan SLBB dilakukan di Desa Jeruksari. Untuk pemindahan nener ke jaring apung rencananya dilakukan pada Maret 2023 mendatang.
Menurut Sachawi, keberlanjutan program SLBB dari Mercy Corps Indonesia ini sangat luar biasa. Dimana media bioflok bisa dimaksimalkan 30 hari sejak benih bandeng ditabur, kemudian dipindahkan ke jaring apung. Untuk penebaran benih nener yang diletakkan ke jaring apung di sisi utara tanggul antara Kelurahan Bandengan dan Jeruksari.
“Dengan sanitasi air yang optimal, proses pembesaran nener ini akan lebih cepat maksimal 3-4 bulan sudah siap panen. Per kilogram bisa dapat 5-6 ekor bandeng dengan ukuran yang cukup besar dibandingkan benih bandeng yang ditebar dan proses pembesaran di tambak biasa memerlukan waktu 6 bulan,” jelasnya. (jt/ion)