Home » Perpustakaan, Membaca dan Melamun Untuk Masa Depan Sebuah Bangsa

Kanalmuria.com–KITA sering menemui anak kecil usia sekitar 4 sampai 5 tahunan. Mereka sangat asyik memainkan ponsel dari vidio satu ke vidio lainnya. Tentu alih-alih atau beribu alasan supaya anaknya tidak rewel. Sungguh tragis membiarkan anaknya untuk berselencar sendirian di ponsel.Fenomena tersebut sering kita jumpai, apalagi zaman yang menuntut kita untuk tidak gagap teknologi (Gaptek) terhadap ponsel, alat kecil yang pintar.

Dari sini kita perlu mempertanyakan hal yang sederhana, kenapa anak tersebut tidak dikasih buku?, kenapa harus ponsel?. Tentu jawabannya akan beragam dari mulia orang tua sibuk kerja, dan anaknya belum bisa membaca dan lain sebagainya.

Jika pertanyaan ini kita ajukan ke orang yang lebih dewasa sekitar usia belasan sampai puluhan tahun dengan pertanyaaan yang sama. Tentu jawabannya akan bermacam-macam dari mulai membaca sangat membosankan, sekolah tidak menyediakan bacaan yang menarik, sibuk kerja hingga tidak memiliki waktu luang dan lain sebagainnya. Semua itu hanya berdalih alasan. Sebenarnya jika kita menyempatkan hal baik ‘membaca’ pasti, dan saya yakin tentu ada ruang dan waktu.

Tak ada pekerjaan yang ringan atau enak-enakan untuk mendapatkan hasil bagus. Semua perkerjaan ialah berat (tentu tergantung niatnya dan kondisi batin) dan membaca salah satunya pekerjaan yang berat. Tak semua orang menekuni pekerjaan yang membosankan. Hal lain dari membaca akan mendapatkan sesuatu salah satunya mendapatkan informasi, perspektif yang berbeda, dan mendapatkan kosakata baru.

Kegemaran membaca harus dipupuk sejak dini, usia 4 atau 5 tahun ke atas-lah yang tepat untuk memupuk kegemaran membaca. Dari mulai memperkenalkan bacaan-bacaan yang ringan seperti buku dongeng penuh dengan ilustrasi. Saya yakin hal tersebut satu langkah untuk melatih kegemaran anak membaca. Anggi Afriansyah menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Imajinasi, Problematika, Kompleksitas Wajah Pendidikan Indonesia” hal 210, keteguhan ini berasal dari keyakinan bahwa membaca adalah hak setiap anak bangsa dan ketangguhan membaca buku sangat berkorelasi dengan kemajuan suatu bangsa.

Orang Dewasa

Peran penting orang dewasa untuk menularkan kegemaran membaca sangat penting. Perlu diketahui anak yang suka membaca tak luput dari penyedian dan percontohan dari orang dewasa. Orang dewasa bisa jadi orang tua, guru dan tetangga mereka. Albert Einstein pernah ditanya bagaimana kita bisa membuat anak-anak cerdas.

Jawabannya “Jika anda ingin anak anda cerdas bacakan dongeng untuk mereka. Jika anda ingin mereka menjadi lebih cerdas, bacakanlah mereka lebih banyak dongeng. Albert Einstein adalah seorang fisikawan kelahiran jerman.
Anggi Afriansyah “Imajinasi, Problematika, Kompleksitas Wajah Pendidikan Indonesia” menjelaskan di sinilah amat terlihat bahwa habituasi minat baca memang dimulai dari keluarga. Peran guru pun amat strategis untuk membuat anak senang membaca.

Peran orang tua amatlah penting dalam menyediakan buku bacaan anak-anak mereka. Disisi lain orang tua berhak memahamkan pentingnya membaca yang salah satunya dapat memperbaiki cara berfikir.

Harga buku, bukan suatu harga yang murah. Akses ke buku juga permasalahan yang cukup serius untuk di tindak lanjuti. Tentu penyediaan-penyediaan buku di pedesaan harus tetap di jalankan kembali, jika ingin melihat anak-anak membaca. Saya begitu optimis bahwa anak-anak kita sungguh tak kalah tertariknya jika menemui bacaan yang mereka sukai. Tidak semua orang tua mampu membelikan buku anaknya, karena harga buku, bukan harga yang murah. Titik tekannya peran perpustakaan desa berhak menyedikan buku-buku bagus.

Upaya terbaik harus segera dilakukan agar membaca menjadi laku dan mempertajam perspektif.

Perpustakaan

Ada sebuah buku yang menarik yang salah satu pengarangnya ialah Neil Gaiman dalam sebuah bukunya “kenapa masa depan kita bergantung pada perpustakaan, membaca dan melamun?”. Ia menceritakan masa kecilnya yang gemar sekali terhadap buku dan ia memiliki orang tua yang bisa dibujuk untuk pergi mengantarkannya ke perpustakaan. Neil Gaiman menjelaskan bahwa perpustakaan adalah tempat yang dikunjungi orang-orang untuk mencari informasi. Disini Neil Gaiman menjelaskan peran orang tua yang begitu kuat dan akses buku yang memadahi.

Kita sungguh memerlukan perpustakaan untuk membaca. Sebentar menjauhkan diri dari hiruk pikuk dunia, merefleksikan lagi tujuan kita. Ada sebuah tulisan “membaca adalah jendela dunia”. Sebuah kalimat yang sering dipertontonkan di tembok sekolah, perpustakaan dengan gambar orang sedang membaca buku.

Kita setuju dengan kalimat tersebut bahwa membaca adalah jendela dunia. Seperti contoh kita tidak harus pergi ke Monas untuk mengetahui Monas. Kita bisa atau cukup membaca sejarah Monas di suatu buku, maka kita akan sedikit demi sedikit mengetahu sejarah Monas. Terakhir yang ingin saya sampaikan, membaca adalah perkerjaan berat, tetapi yang lebih penting ialah lawan agar membaca menjadi budaya.
Penulis:Ilham Wiji Pradana, kolumnis dan pegiat sastra di Kota Pati 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *