
Pendidikan Vokasi Siapkan Generasi Muda sebagai Wirausaha Berdaya Saing Global (Foto: Dok Kemendikbudristek)
SOLO, KanalMuria – Direktur Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Wardani Sugijanto mengungkapkan peranan penting pendidikan vokasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain menyiapkan lulusan yang kompeten sesuai kebutuhan dunia kerja, pendidikan vokasi membekali alumninya dengan keterampilan dan berbagai insentif untuk mampu berwirausaha secara mandiri.
“Pada 2030, Indonesia akan memiliki bonus demografi yang tidak akan terjadi di negara lain. Momen ini sangat menguntungkan bagi Indonesia untuk mencetak wirausaha muda. Untuk itu, mari masuk ke pendidikan vokasi. Kami akan menyiapkan anak-anak Anda menjadi enterpreneur muda, baik di jenjang pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi,” ujar Direktur SMK dalam gelar wicara di Pameran UMKM Nasional 2023, di Pura Mangkunegaran, Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (12/08).
Melalui implementasi Kurikulum Merdeka di jenjang pendidikan menengah (SMK) dan Merdeka Belajar Kampus Merdeka di jenjang pendidikan tinggi, kata Wardani, Kemendikbudristek memberikan peluang dan kesempatan, serta jam pembelajaran yang cukup bagi peserta didik dan mahasiswa untuk mengembangkan potensi dirinya sebagai calon wirausaha.
“Mereka bisa belajar mandiri, keluar dari sekolah atau kampus, melihat langsung ke lapangan, misalnya ke industri atau ke UMKM, ataupun berwirausaha selama tiga semester,” ujarnya.
Kebijakan Kurikulum Merdeka di SMK memberikan keleluasaan pada sekolah untuk membuat program pengembangan mata pelajaran Projek Kreatif dan Kewirausahaan (PKK) yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing sekolah dan potensi lokal di wilayahnya.
“Di SMK ada jam Projek Kreatif dan Kewirausahaan yang bukan berupa mata pelajaran teori, tapi praktik membuat project based learning sesuai dengan potensinya. Anak-anak membuat projek kreatif didampingi guru dengan melihat potensi wilayah atau kearifan lokal, termasuk mendukung UMKM lokal, dan membuat produk yang diminati masyarakat melalui project based learning. Lalu ada juga Teaching Factory sebagai inkubator untuk kewirausahaan bagi peserta didik SMK,” kata Wardani, melalui siaran pers Kemendikbudristek.
Wardani menjelaskan, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional Tahun 2021—2024. Satuan pendidikan vokasi perlu menangkap peluang yang ditawarkan Perpres tersebut dengan menggenjot inovasi dari teaching factory.
Model pembelajaran teaching factory akan mendorong siswa SMK untuk terjun langsung memproduksi produk dan jasa sesuai standar industri. Di mana saat ini terdapat kebutuhan belanja barang dan jasa bagi instansi pemerintah dengan tingkat kandungan produk dalam negeri (TKDN) tertentu dalam rangka menyukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.
Penerapan pendidikan kewirausahaan di SMK diapresiasi oleh Muhammad Azka Farhan, alumnus SMKN 9 Bandung, yang kini sukses menjadi pengusaha sari buah lemon dengan merek One’D Lemon. Dalam gelar wicara yang sama, Azka mengakui bahwa pendidikan vokasi di SMK benar-benar menyiapkan dan mendorong peserta didik SMK untuk menjadi wirausaha muda.
“Pendidikan vokasi sudah sangat memadai, dari fasilitas, praktik baik, hingga memotivasi agar siswa dan siswi SMK mempunyai keinginan berwirausaha, bahkan membuat siswanya memiliki karakter wirausaha. Di SMK juga diajarkan cara memasarkan produk (marketing), lalu ada banyak program workshop, dan ada juga yang mendatangkan UMKM langsung ke sekolah sebagai praktik baik,” tutur Azka.
Dalam gelar wicara tersebut, Azka juga menceritakan kisahnya dalam membangun usahanya dari awal memproduksi dan memasarkan One’D Lemon, hingga pernah gagal dan bangkit lagi setelah melakukan riset dan belajar dari kegagalan tersebut. Ia menuturkan, awalnya ia terinspirasi untuk menjual sari buah lemon karena kebiasaan di keluarganya yang mengonsumsi air perasan lemon setiap hari.
“Pas Covid-19 banyak yang membutuhkan asupan vitamin C. Lalu saya coba jual. Tapi sempat gagal karena produknya sering rusak di jalan krn cairan. Lalu saya lakukan riset. Ternyata buah lemon yang digunakan salah. Waktu itu saya pakai lemon impor California yang ternyata memiliki kandungan gas tinggi. Jadi saat dikirim dalam perjalanan, botolnya menggembung dan pecah. Lalu saya tanya-tanya ke petani, akhirnya ketemu buah lemon lokal premium dari Palembang. Pas dicoba hasilnya bagus dan bisa dikirim ke seluruh Indonesia,” tutur Azka. (jt/ok)