Home » Nguri-uri Budaya, Ratusan Warga Desa Kapung Ramaikan Tradisi Sedekah Bumi
Nguri-uri Budaya, Ratusan Warga Desa Kapung Ramaikan Tradisi Sedekah Bumi

Nguri-uri Budaya, Ratusan Warga Desa Kapung Ramaikan Tradisi Sedekah Bumi (Foto: Han/KanalMuria)

Grobogan, KanalMuria – Kirab Budaya Sedekah Bumi atau Apitan Desa Kapung, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, diikuti ratusan warga desa setempat.

Dimulainya kirab ditandai dengan Kepala Desa (Kades) Kapung, Hj. Musarokah yang berjalan dari kediamannya bersama perangkat dan tokoh masyarakat desa menuju Sendang Luwih, sejauh tiga km. Dengan mengenakan baju adat jawa, Musarokah yang didampingi suami, H Sunarto dan rombongan lainnya bertolak ke tempat makam leluhur Desa Kapung tersebut.

Dibelakang kepala desa diikuti para perangkat desa dan tokoh masyarakat desa yang juga mengenakan baju adat jawa. Kegiatan ini merupakan sebuah tradisi kirab tahunan yang dilaksanakan dalam acara sedekah bumi atau orang Jawa biasa mengenal apitan.

Sebelum menuju Sendang Luwih, Kades bersama perangkat Desa Kapung singgah di balai desa setempat untuk berdoa. Sekaligus membawa lima gunungan hasil bumi yang telah dipersiapkan masing-masing kampung di Balai Desa Kapung.

Setelah doa selesai, rombongan kemudian melanjutkan perjalan menuju Sedang Luwih dengan diikuti lima gunungan yang berisi hasil bumi.  Setibanya di lokasi Sendang Luwih, kemudian dilaksanakan ritual doa bersama di makam leluhur, dilanjutkan makan bersama sebanyak 30 nasi tumpeng lengkap dengan ingkung.

“Alhamdulillah ini hari sedekah bumi,dilaksanakan di sedang Desa Kapung. Karena kebetulan makam leluhur dekat sendang untuk mendoakan leluhur,” kata Hj. Musarokah, Senin (12/06).

Selain mendoakan leluhur, dia menjelaskan, tradisi tersebut dilaksanakan sekaligus untuk melestarikan adat budaya yang sudah berjalan agar tidak punah. “Tujuannya untuk nguri-uri kabudayan agar jangan sampai tradisi ini punah, untuk anak-anak kedepannya bisa mengetahui tradisi budaya sedekah bumi,” jelas Musarokah.

Setelah doa bersama di makam leluhur selesai, kemudian dilanjutkan makan bersama 30 nasi tumpeng lengkap dengan ingkung di lokasi makam leluhur.

“Alhamdulilah ada 30 ingkung yang disiapkan, ada dari lembaga desa,RT/RW, dan masyarakat, ada inisiatif masyarakat juga setiap RW membuat gunungan. Ini kemudian dimakan bersama, sebagai ungkapan rasa syukur,karena selama ini kita diberi rezeki oleh Allah Swt,” ucap Hj. Musarokah.

Setelah ritual doa di makam leluhur selesai, lima gunungan berisi hasil bumi tersebut menjadi rebutan warga.

Eko Roudlatul Islamiyati, warga Desa Kapung mengaku senang bisa berebut gunungan hasil bumi. Dia percaya gunungan hasil bumi setelah didoakan bisa membawa berkah.

“Alhamdulillah senang ikut rebutan gunungan tadi. Ini dapat sayur bayam untuk dimasak biar berkah,” kata Eko.

Sehari sebelum dilaksanakan sedekah bumi, Sendang Luwih tersebut dikuras dan dibersihkan airnya secara bersama-sama warga Desa Kapung. Warga bergotong royong membersihkan sendang Luwih,yang mata airnya tidak pernah kering meski saat musim kemarau tersebut.

Menurut Ali Nursaid, tokoh masyarakat  Desa Kapung,  tradisi apitan setiap tahun dilaksanakan di lokasi makam leluhur Desa Kapung yang dikenal dengan nama Mbah Luwih, Makam leluhur tersebut terletak di dekat sendang.

“Leluhur Desa Kapung bernama Simbah Haji Abdul Rohman, atau dikenal Mbah Luwih, karena mempunyai kelebihan,” ujar Ali Nursaid

Ali Nursaid menceritakan, dahulunya Mbah Luwih merupakan salah satu Tumenggung dari kerajaan Mataram yang lari ke tempat yang saat ini dikenal sebagai Desa Kapung.

“Dulunya, Mbah Haji Abdul Rohman atau Mbah Luwih adalah Tumenggung dari  Mataram, kemudian lari dan dikepung para prajurit kerajaan Mataram. Karena selamat dari kepungan,Mbah Luwih kemudian menetap dan kemudian diberi nama Desa Kapung,” jelasnya singkat.

Hingga saat ini, tradisi sedekah bumi tersebut dilaksanakan setiap tahun di lokasi makam leluhur Desa Kapung di sedang Luwih, untuk mendoakan leluhur yang telah berjuang hingga berdirinya Desa Kapung.

Setelah acara ritual doa di makam leluhur desa selesai, pada Senin malam kemudian dilaksanakan pengajian di gor milik desa. (Han/Iby)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *