
NFA Bersama BRIN dan BUMN Tanam Padi Perdana untuk Jaga CBP secara Berkelanjutan (Foto: Dok Bapanas)
SUBANG, KanalMuria – Dalam rangka menjaga pasokan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) secara berkelanjutan, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian BUMN dan Pelaku Usaha sektor Pangan menjalankan kerja sama budidaya pertanian berbasis bibit unggul.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, kerja sama lintas sektor tersebut bertujuan untuk mewujudkan pola pertanian yang efisien, presisi, serta bernilai tambah melalui produktivitas padi yang tinggi.
“Kerja sama ini ditandai dengan penanaman perdana tanaman padi bibit unggul di Demonstration Area (Dem Area) yang berlokasi di lahan PT Sang Hyang Seri (SHS) Sukamandi, Subang,” ujar Arief usai melakukan penanaman perdana, Jumat, (07/07), di Subang.
Ia mengatakan, demonstrasi area penanaman benih unggul ini disiapkan sebagai pilot project sebelum dilakukan replikasi pembudidayaan secara lebih luas dan masif.
Demonstrasi dilaksanakan di lahan pertanian dengan luas sekitar 47,25 Ha yang terbagi ke dalam 3 blok dengan target rata-rata produktivitas minimal 8 ton per hektar.
“Masing-masing blok akan menerapkan teknologi dan varietas yang berbeda, tujuannya untuk melihat pola budidaya mana yang hasilnya paling baik sehingga dapat diterapkan secara massal untuk mendukung pasokan CBP ke Perum Bulog,” ujarnya.
Arief menjelaskan, Blok pertama seluas 16,15 ha menerapkan teknologi yang direkomendasikan BRIN dengan varietas Inpari 48 dan Mantab yang memiliki keunggulan provitas di atas 7 ton/ha.
Blok kedua seluas 16.10 ha menerapkan varietas Inpari 48, Mantab dan MSP 65 dengan teknologi yang direkomendasikan PT Teknologi Biota yang mengandalkan pengelolaan secara organik dan target produktivitas di atas 7 ton/ha. Sedangkan, Blok ketiga seluas 15 ha akan menerapkan teknologi yang direkomendasikan PT MSP 65 dengan keunggulan masa panen 65 hari setelah tanam.
“Hasil pembudidayaan 3 pola penanaman, teknologi, dan varietas yang berbeda ini akan langsung dikerjasamakan untuk di serap Bulog,” ucapnya.
Lebih lanjut Arief mengatakan, ke depannya apabila telah direplikasi secara massal, kerja sama budidaya pertanian ini dapat menjadi semacam closed loop pemenuhan CBP berkelanjutan.
“Setelah terpilih pola pembudidayaan yang terbaik kita lakukan replikasi diberbagai daerah. Pada prosesnya nanti mitra petani akan didampingi supaya dapat menerapkan pola dan teknologi tanam seperti yang telah diujicobakan. Bibitnya dari SHS pendampingannya kita juga siapkan, dan hilirisasinya akan langsung diserap Bulog dengan harga yang baik untuk dijadikan CBP. Jadi ini skema close loop end to end,” ujarnya.
Arief meyakini, penerapan model kerja sama pengadaan beras sejak dari on farm ini menjadi jawaban bagi upaya pemenuhan CBP berbasis produksi dalam negeri.
“Skema close loop ini akan memudahkan Bulog dalam melakukan penyerapan karena sumber pasokannya sudah jelas, sehingga diharapkan target serapan CBP bisa tercapai tanpa harus melakukan mekanisme pengadaan luar negeri. Pada intinya saya mengapresiasi terlaksananya penanaman perdana ini sebagai langkah awal pengamanan rantai pasokan CBP,” ujarnya. (ion/eds)