
PATI, Kanalmuria.com-Ide Hilirisasi pertanian atau pangan yang dimunculkan oleh Bakal Calon Bupati Pati H. Saiful Arifin, sangat menarik untuk diulas. Bagaimana ide ini bukan hanya semacam gimmick yang muncul di tengah kontentasi Pilkada 2024.
Dengan background Saiful Arifin yang seorang entrepreneur atau pengusaha bicara soal ide atau gagasan sudah menjadi ruh atau passion. Bagaimana selalu berpikir out of the box. Apalagi sebagai calon pemimpin wajib hukumnya untuk memiliki daya nalar untuk melakukan lompatan-lompatan demi kemajuan sebuah daerah.
Bicara hilirisasi, maka hal itu erat kaitannya dengan pengembangan industri hulu berbasis agro. Hilirisasi bukan saja meningkatkan nilai tambah produk pertanian akan tetapi mampu menampung migrasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri pertanian.
Program unggulan hilirisasi pertanian atau pangan yang dicanangkan Saiful Arifin bukan tanpa sebab mengingat Pati selama ini tersohor dengan julukan Kota Mina Tani. Ironisnya, para petani disini tidak memiliki posisi tawar terhadap produk yang dihasilkannya. Biaya yang dikeluarkan dalam mengelola usaha tani terlalu besar dalam penyediaan sarana produksi seperti pupuk, pestisida dan bibit, sehingga harga produk menjadi lebih mahal dibanding produk impor sejenis, yang pada akhirnya kalah bersaing di pasar. Belum lagi kualitas produk yang dihasilkan terkadang rendah dan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan konsumen sehingga harga jual menjadi murah. Kecilnya keuntungan yang diperoleh petani dari usaha taninya mendorong petani untuk beralih profesi ke sub-sektor lain seperti industri. Tidak bisa dipungkiri bahwa konsekuensi logis dari proses industrialisasi menyebabkan penurunan jumlah petani.
Langkah kongkrit yang bisa dilakukan untuk meningkat pendapatan petani adalah meningkatkan nilai tambah produk pertanian melalui hilirisasi produk pertanian atau pengembangan industri hulu berbasis agro. Bahkan secara khusus Safin mendorong ekosistem industri pertanian berbasis perdesaan dalam rangka bisa menopangtenaga kerja produktif yang selama ini ditelantarkan, padahal para petani kecil di pedesaan merupakan tulang punggung sub-sektor pertanian dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa.
Hilirisasi produk pertanian berbasis pedesaan bukan saja bertujuan untuk meningkatkan nilai jual produk, akan tetapi upaya meningkatkan lapangan kerja di pedesaan. Kelompok tani dan gabungan kelompok tani (gapoktan) difasilitasi dan dibina melalui pengembangan kemampuan budidaya petani, inovasi, teknologi dan permodalan dalam satu wadah yang disebut Usaha Migro Kecil dan Menengah (UMKM), koperasi atau apapun lembaganya yang jelas berorientasi pada unit usaha yang lahir dari petani. Ketika petani menghasilkan produk yang berlimpah pada musin panen, seperti jagung umpamnya, jumlah produksi jagung tinggi, harga rendah, permintaan meningkat dan penawaran kecil maka solusi yang harus dilakukan lembaga ini adalah hilirisasi produk,seperti tepung jagung, “Jasuke” (jagung susu keju), pop corn, atau apapun produk sejenis, yang dapat meningkatkan nilai jual sehingga meningkatkan margin penerimaan petani. Sebaliknya pada musim paceklik, jumlah produksi sedikit, maka lembaga petani berupaya untuk menstabilkan harga ditingkat hulu, dan tetap terus mengembangkan jenis produk tingkat hilir.
Jadi hemat saya, ide program hilirisasi pertanian atau pangan yang diungkapkan oleh bakal calon bupati Pati Saiful Arifin sangat brilian. Bagaimana membuat ekosistem ekonomi yang tidak hanya fakus pada usaha hulu saja tapi berupaya menjangkau hilirnya. Namun, perlu diperjelas pada tingkatan mana yang harus diprioritaskan.Jika tidak, konsep hilirisasi tidak akan tepat sasaran serta tidak berdampak pada upaya meningkatkan pendapatan petani dan penyediaan lapangan kerja di pedesaan.(Redaksi)