Home » Makna Cinta dan Penyembuhan Melalui Waktu dalam Film SORE: Istri dari Masa Depan
poster-film-sore-istri-dari-masa-depan-1752119004474_43

Judul Film: SORE: Istri dari Masa Depan.
Sutradara: Yandy Laurens.
Produser: Suryana Paramita (produser utama).
Penulis / Skenario: Yandy Laurens (naskah / adaptasi dari web-series 2017).
Pemeran Utama: Dion Wiyoko (Jonathan), Sheila Dara Aisha (Sore).
Durasi: ±119 menit.
Tanggal Rilis (Bioskop): 10 Juli 2025.
Genre: Drama / Romansa / Fantasi Waktu (time-travel), Slice of Life.
Sinematografi / Lokasi Syuting: Pengambilan gambar utama difilmkan di Kroasia (Zagreb, Grožnjan) — juga lokasi tambahan di Finlandia dan Indonesia; sinematografi mendapat sorotan kuat di liputan film.
Perusahaan Produksi: Cerita Films (produksi layar lebar; adaptasi dari web-series yang diproduksi sebelumnya oleh Inhype/Tropicana Slim).
Distributor / Platform Tayang: Tayang di bioskop nasional (rilis 10 Juli 2025)

Sore: Istri dari Masa Depan adalah film yang tidak hanya bercerita tentang hubungan dua manusia, tetapi tentang perjalanan cinta yang bersinggungan dengan waktu, penyesalan, dan penerimaan. Disutradarai oleh Yandy Laurens dan dibintangi oleh Dion Wiyoko serta Sheila Dara Aisha, film ini mengikuti kehidupan Jonathan, seorang fotografer yang pulang dari perjalanan panjang di Kutub Utara dan mendapati seorang perempuan bernama Sore yang mengaku sebagai istrinya dari masa depan. Dari sinilah kisah yang lembut namun menghantam emosional itu dimulai: Sore hadir bukan untuk mengubah masa lalu dengan memaksa, tetapi untuk menyembuhkan luka yang tidak pernah ingin Jonathan akui. Ia telah mengulang waktu berkali-kali—menyaksikan kemungkinan hidup bersama Jonathan dalam berbagai versi—dan menyadari bahwa cinta bukan soal membuat seseorang menjadi sempurna, melainkan menerima seluruh sisi dirinya, baik yang cerah maupun yang gelap. Visual film yang tenang, dengan nuansa cahaya sore yang hangat dan ruang-ruang sunyi yang ditahan lama oleh kamera, menciptakan suasana kontemplatif yang menenangkan namun menyesakkan. Musik yang hadir tipis seperti bisikan perasaan membuat momen-momen kecil menjadi sangat berarti. Film ini mengingatkan kita bahwa cinta sejati bukan tentang menahan seseorang agar tetap hidup atau tetap tinggal, melainkan keberanian untuk mencintai dengan cara yang paling manusiawi: sabar, tulus, dan berserah pada waktu. Sore: Istri dari Masa Depan bukan sekadar kisah romansa, melainkan refleksi tentang bagaimana kita mencintai seseorang tanpa kehilangan diri sendiri

Kelebihan
Pendalaman emosi sangat kuat: hubungan Jonathan dan Sore terasa nyata, intim, dan bertahap berkembang.
Visual lembut dan simbolis, terutama penggunaan cahaya sore dan framing ruang hening yang mencerminkan kondisi batin tokoh.
Aktor utama bermain sangat hidup, ekspresi kecil dan dialog pelan pun terasa bermakna.
Narasi waktu yang berulang tidak membingungkan, justru memberi kedalaman makna cinta dan penyesalan.
Musik dan atmosfer mendukung emosi, tidak berlebihan, namun tepat sasaran.

Kekurangan
Ritme film cenderung lambat, sehingga penonton yang terbiasa dengan drama cepat mungkin merasa film ini “sunyi” atau “terlalu tenang.”
Konflik lebih banyak bersifat internal, sehingga untuk sebagian penonton bisa terasa kurang “dramatis” secara aksi.
Simbol dan makna kadang butuh penonton yang sabar, karena film ini mengandalkan pemaknaan, bukan penjelasan verbal.
Kesimpulan Sore: Istri dari Masa Depan adalah film yang bekerja dengan kehalusan — bukan melalui letupan konflik, tetapi melalui kehadiran, kesabaran, dan penerimaan. Film ini mengajak kita memahami bahwa cinta yang dewasa bukanlah cinta yang ingin mengubah segalanya, melainkan cinta yang berani menemani proses penyembuhan orang lain, sekaligus dirinya sendiri. Puitis, hangat, dan menghantui dalam cara yang lembut, film ini meninggalkan kesan mendalam tentang bagaimana waktu bukan selalu musuh, tetapi ruang untuk belajar mencintai dengan lebih tulus. Sangat layak ditonton bagi siapa pun yang pernah mencintai, kehilangan, berusaha memperbaiki, atau diam-diam menunggu sesuatu untuk sembuh.
Alenkha Thealova/ UNS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *