
Kendati Berisiko Rendah, Warga Tetap Harus Waspada Patahan Weleri (Foto: Dok MC Batang)
BATANG, KanalMuria – Ratusan pelajar dari SMA/SMK sederajat mendapatkan edukasi seputar penanggulangan bencana yang rawan terjadi. Edukasi ini disampaikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batang, BPBD Jateng dan PMI Jateng, yang mengulas bencana banjir, tanah longsor hingga gempa bumi yang berpotensi disebabkan Patahan Weleri.
Kepala Pelaksana BPBD Batang Ulul Azmi mengatakan, generasi muda patut memahami kerawanan gempa yang mungkin terjadi karena Patahan Weleri. Patahan ini membentang dari Desa Kuripan Subah hingga Desa Krengseng Gringsing, meskipun tingkat risikonya rendah.
“Sampai sekarang belum pernah terjadi gempa yang diakibatkan patahan tersebut. Kalau pun sampai terjadi skalanya rendah yakni di angka 3, dampak yang dirasakan hanya getaran kecil seperti jalan raya yang sedang dilewati truk bertonase besar,” katanya, usai menyampaikan edukasi penanggulangan bencana, di GOR SMAN 1 Subah, Kabupaten Batang, Jumat (17/03).
Dikutip dari batangkab.go.id, untuk itu, BPBD Batang menyampaikan, masyarakat tidak perlu khawatir karena patahan tersebut tidak akan menyebabkan gempa yang dapat merobohkan bangunan.
Menjawab tantangan dan modernisasi di dunia informasi khususnya seputar kebencanaan, BNPB telah menyiapkan aplikasi InaRISK. Aplikasi ini berisi informasi tingkat bahaya suatu wilayah dan dilengkapi dengan rekomendasi aksi untuk melakukan antisipasi secara partisipatif.
“Ketika mengklik aplikasi tersebut, akan muncul informasi tingkat ancaman dan risiko bahaya bencana hingga cara penanggulangannya sebelum hingga saat bencana terjadi,” jelasnya.
Para siswa juga mendapat edukasi dari Ketua PMI Jawa Tengah, Sarwa Pramana yang menekankan agar lebih mengintensifkan pelatihan sehingga anak lebih siap menghadapi kerawanan bencana yang muncul di Jawa Tengah.
“Warga tetap harus waspada adanya gas beracun di Batang, yakni Kawah Timbang Dieng dan Kawah Sileri Banjarnegara. Warga di area tersebut harus dilatih mitigasi supaya lebih siap menghadapi kerawanan bencana yang terjadi,” ujar dia.
Untuk mengantisipasi terjadinya bencana, lembaga pendidikan harus menerapkan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), sesuai Surat Keputusan Kemendikbud. Dengan membuat Tim Reaksi Cepat dan menentukan titik kumpul apabila terjadi bencana. (jt/ion)