
Suhu Minus 3,5 Derajat, Dieng Diselimuti Embun Es, Jumat (27/07) (Foto: Dok UPT Dieng)
BANJARNEGARA, KanalMuria – Suhu di Dataran Tinggi Dieng tembus minus 5 derajat celcius, embun membeku menjalar di luar kompleks Candi Arjuna. Fenomena ini terjadi pada Jumat (28/07) pukul 05.45 WIB sampai 05.57 WIB.
“Suhu udara di dataran tinggi Dieng terendah hari ini pada pukul 05.45 WIB sampai 05.57 WIB suhu mencapai minus 5 derajat celcius,” kata Pembuat aplikasi suhu udara Dieng, Aryadi Darwanto
Namun, pria yang juga pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarnegara itu menyebut suhu di Dataran Tinggi Dieng berangsur naik. Berdasarkan alat pengukur suhu yang diletakkan di Candi Arjuna, suhu udara telah turun sejak Kamis (27/07) sore.
“Ini terjadi 12 menit dari pukul 05.45 WIB sampai 05.57. Setelah itu suhu masih minus tapi berangsur naik,” lanjutnya.
Aryadi mengungkapkan, suhu udara di kompleks Candi Arjuna sudah mencapai 7 derajat celcius pada pukul 18.00 WIB. “Dari Kamis sore suhu udara di Dieng tepatnya di kompleks Candi Arjuna memang sudah turun. Jam 6 sore sudah 7 derajat. Dan jam 9 malam sudah 3 derajat,” ujarnya.
Dia meyakini, berdasarkan alat pengukur suhunya, pada pukul 00.00 WIB dini hari suhu udara sudah 0 derajat. Aryadi menjelaskan, jika tidak ada angin kencang embun sudah membeku ketika suhu 0 derajat celcius.
“Biasanya suhu 0 derajat sudah beku asalkan tidak ada embusan angin. Tadi malam dari alat yang dipasang di kompleks Candi Arjuna tidak ada embusan angin,” kata Aryadi.
Dia menambahkan, dari hasil pengamatannya, selain faktor-faktor di atas, embun membeku juga ditandai dengan langit cerah. “Kalau langitnya cerah, kemudian tidak ada embusan angin saat suhu turun embun akan membeku menjadi es,” imbuh Aryadi.
Sebelumnya, suhu di Dataran Tinggi Dieng menyentuh angka minus 3,5 derajat celcius pada Kamis (27/07) pagi. Bahkan, pada Jumat (28/07) pagi ini, embun yang membeku di sekitar kompleks Candi Arjuna Dieng menjadi lebih tebal..
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara, Hery Susanto Wibowo menjelaskan, secara klimatologi fenomena yang kerap disebut embun upas itu disebabkan tekanan udara di Benua Australia lebih tinggi dibandingkan Benua Asia. Menurutnya, ttekanan udara pada bulan Juni, Juli, dan Agustus di Benua Australia lebih tinggi dibanding Benua Asia.
“Dan angin yang berembus dari Australia ke Asia ini melewati Indonesia. Umumnya ini menandakan masuknya musik kemarau,” kata Hery. (iby/de)