
PATI, Kanalmuria.com–Jajanan kue putu bambu mulai sulit ditemukan. Kue tradisional ini biasanya dijual secara berkeliling dengan pikulan atau sepeda motor. Omsetnya bahkan bisa tembus Rp 500-800 ribu per harinya.
Ada yang khas dari penjual putu bambu ini, yakni selalu membawa tempat mengukus kue putu yang bisa mengeluarkan suara seperti seruling.
Belum lama ini kanalmuria.com. menemui penjual kue putu bambu di wilayah alun-alun Tayu, Pati. Namaya Sanniyal Arzilla Tomi Wibi , pria asli Jombang yang sudah berjualan kue putu bambu sejak 2015. Selain berjualan putu, juga makanan tradisional lainnya seperti klepon, cenil/cetot, dan gethuk.
“Saat wabah Corona 2019 ikut terkena dampak. Bahkan saat itu sempat berhenti berjualan ketika ayahnya meninggal dunia,” ujarnya.
Setelah melewati masa sulit tersebut, Sanniyal mengaku tidak menyerah begitu saja. Ia memutuskan untuk mencari peluang baru dengan memindahkan tempat jualannya ke Sarang, kabupaten Rembang. Keputusan ini diambil setelah mendapat saran dari pamannya yang juga berjualan kuliner tradisional di Juwana dan telah mencapai kesuksesan.
“Paman saya yang selalu memberikan bimbingan dan pengetahuan berharga tentang bisnis kuliner tradisional, termasuk Kue Putu,” bebernya.
“Sesaat setelah orang tua meninggal, saya melemberanikan diri untuk pindah tempat jualan ke Alun-alun Tayu, sebuah lokasi strategis. Keputusan ini ternyata tepat, seiring dengan meningkatnya jumlah pelanggan dan pendapatan yang signifikan,” imbuh Sanniyal.
Ia mengungkapkan dibutuhkan semangat dan ketekunan seorang bagi yang terjun ke dunia usaha seperti kuliner. Sebabnya, kemampuan inovatif dan kecintaan pada kuliner tradisional, adalah kunci untuk melewati masa krisis dan meraih kesuksesan.
“Kuncinya harus memiliki keberanian dan semangat pantang menyerahnya untuk sebuah usaha,” pungkasnya.(Arif/Ali)