Home » Diuji di Mobil Lab, Dishanpan Temukan Bahan Pangan Mengandung Zat Berbahaya
Diuji di Mobil Lab, Dishanpan Temukan Bahan Pangan Mengandung Zat Berbahaya

Diuji di Mobil Lab, Dishanpan Temukan Bahan Pangan Mengandung Zat Berbahaya (Foto: Dok Pemkot Semarang)

SEMARANG-KOTA, KanalMuria – Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Kota Semarang menemukan 15 – 20 persen dari sampel bahan pangan yang dilakukan pengujian selama Ramadhan mengandung zat berbahaya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang, Bambang Pramusinto mengatakan, pihaknya terus melakukan pengawasan bahan pangan di pasar tradisional selama Ramadhan. Hal itu untuk mengetahui sejauh mana tingkat kualitas keamanan pangan di Semarang selama Ramadhan.

Pengecekan keamanan pangan dilakukan menggunakan mobil laboratorium milik Dishanpan yang baru dua minggu ini beroperasi. Dengan mobil ini, bisa langsung diketahui hasilnya.

Ada beberapa bahan pangan yang diambil sampel untuk dilakukan pengecekan antara lain bakmi, ikan asin, bakso, daging ayam, sayuran, hingga manisan.

“Kami ambil sampelnya terutama makanan basah dan langsung kami cek di mobil lab,” kata Bambang, saat pengecekan makanan di Pasar Peterongan, Rabu (29/03).

Dikutip dari semarangkota.go.id, selama Ramadhan, dia menjelaskan, sudah menemukan sampel makanan mengandung bahan berbahaya, di antaranya mengandung boraks dan formalin.

Begitu menemukan sampel positif yang mengandung bahan berbahaya, pihaknya langsung mengedukasi kepada pedagang agar tidak kulakan di produsen yang sama.

Saat ini, Pemkot Semarang sudah memiliki Perda Keamanan Pangan. Hanya, pihaknya belum menerapkan sanksi namun baru tahapan edukasi kepada masyarakat. “Kami kan ada Perda jadi tahapan awal edukasi dulu karena mungkin pedagang tidak tahu,” ujarnya.

Lebih lanjut, Bambang menambahkan, hadirnya mobil lab semakin mengoptimalkan pengecekan keamanan pangan di Kota Semarang.

Sebelum memiliki laboratorium, pihaknya melakukan pengawasan pangan secara manual dengan mendatangi pasar tradisional maupun pasar modern dua kali dalam sepekan.

“Kalau dulu seminggu hanya dua kali, kan masih manual kami ambil sampel lalu bawa ke lab. Hasilnya, kami upload di sistem dinas Ketapang supaya diketahui oleh masyarakat,” terangnya.

Saat ini, pihaknya lebih fleksibel dalam melakukan pengawasan pangan menggunakan mobil laboratorium. Bahkan, tidak hanya di pasar saja namun juga ke sekolah-sekolah.

“Seringkali jajanan yang dijual untuk anak-anak mengandung pewarna tekstil atau formalin jadi kita edukasi pedagang,” ucapnya. (tra/ion)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *