Home » Boikot Israel Bung Karno Buat Olimpiade Tandingan, Ini Namanya:

JAKARTA, Kanalmuria.com — Pada Ahad (21/7/2024) sejumlah tokoh nasional bergabung dalam gerakan menyeru pemboikotan Israel dari Olimpiade 2024 di Paris, Prancis. Genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, yang juga menewaskan ratusan atlet jadi alasannya.

Sikap ini bukannya tak punya preseden dalam sejarah. Pada masa Presiden Sukarno, ia rela menghadapi tantangan keras dari KomiteOlimpiadeInternasional (KOI), karena  menolak kehadiran Israel dan Taiwan pada Asian Games IV di Jakarta pada 1962.

Penolakan terhadap Israel itu sebagai rasa solidaritas bangsa Indonesia terhadap rakyat Palestina dan Arab. Sedangkan penolakan terhadap Taiwan, karena kedekatan Indonesia terhadap Republik Rakyat Cina.

Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya Peristiwa Sondhy, merujuk nama seorang petinggi KOI yang kebetulan berkebangsaan India. Bukan hanya Bung Karno, tapi rakyat Indonesia menjadi marah besar ketika Sondhy menyatakan bahwa legitimasi AG IV Jakarta harus dipertanyakan. Ketika itu, Sondhy tengah berada di Jakarta menghadiri pertandingan-pertandingan.

Sondhy terpaksa harus keluar dari Indonesia, karena demonstrasi dari rakyat — terutama kelompok kiri dan kemarahan dari pemerintah Indonesia.

 Saat itu demo-demo anti-India marak di mana-mana. Dan, yang paling berdebar-debar tentu saja para keturunan India pemilik toko di Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Abah Alwi menuturkan bahwa terhadap reaksi KOI tersebut, Bung Karno juga melakukan perlawanan keras. Ia bukan saja tidak mengakui komite tertinggi olahraga dunia itu, tapi membuat komite tandingan. Sambil menuduh KOI sebagai alat imperialis.
Dengan membagi dunia dalam dua kelompok Nefos (negara berkembang dan dunia ketiga) dan Oldefos (negara imperialis) Bung Karno menyelenggarakan Ganefo (Games of the New Emerging Forcing) pada November 1963 di Jakarta.
Walaupun mendapat ancaman dari KOI pesertanya tidak boleh turut dalam Olimpiade tapi Ganefo yang dimaksudkan untuk menandingi Olimpiade berlangsung sukses. Diikuti 2.200 atlet dari 48 negara Asia, Afrika, Amerika Latin dan Eropa. Helatan bersejarah itu juga mengundang satu kontingen istimewa, yakni “Arab Palestina”.
Sebelumnya, pada 1957, ketika kesebelasan PSSI lolos di zona Asia dan tinggal menghadapi Israel untuk ikut ke Piala Dunia, Indonesia menolak untuk main di Jakarta atau di Tel Aviv. Indonesia hanya mau bermain di tempat netral, tanpa lagu kebangsaan. Namun, Federasi Sepak Bola Dunia  (FIFA) menolak usul RI. Akibatnya Indonesia terhambat ke Piala Dunia.
Ketika Indonesia keluar dari PBB pada 7 Januari 1964, salah satu alasan Bung Karno adalah, “Dengan menguntungkan Israel dan merugikan negara Arab (termasuk Palestina), PBB nyata-nyata menguntungkan imperialisme dan merugikan kemerdekaan bangsa-bangsa.” Bung Karno menuduh PBB merupakan kepanjangan tangan AS dan sekutunya, menamakan PBB lebih jelek dari mimbar omong kosong.
Prediksi Bung Karno jadi kenyataan:
Apa yang dikemukakan presiden pertama RI puluhan tahun lalu tersebut kini jadi kenyataan. Ketika terjadi agresi Israel ke Palestina saat ini, PBB hanya menyerukan agar Israel menarik diri dari Palestina. Dan ketika seruan ini tidak digubris Israel, PBB bungkam seribu bahasa.
Soal Olimpiade, negara-negara Barat juga lekas memblokir atlet Rusia dari menggunakan bendera negara mereka di Olimpiade akibat serangan ke Ukraina pada 2022. Meski setelah tiga tahun berjalan, korban sipil serangan Rusia ke Ukraina itu jauh lebih kecil jika dibandingkan serangan sembilan bulan Israel ke Palestina yang sejauh ini menewaskan hampir 39 ribu jiwa.
“Kaum imperialis,” kata Bung Karno, “paling suka menyebut dirinya ‘beradab’. Mereka paling suka menganggap kita-kita ini ‘biadab’, sehingga mereka harus datang dengan pasukan-pasukannya untuk mengajarkan ‘peradaban’ kepada kita.
Dalam mengajarkan ‘peradaban’ kepada kita, mereka tidak sayang harta dan tidak sayang benda. Dan jika kita ‘membandel’ maka dibomnya kita: di bomnya Maluku, Kamboja, Laos, dan Kuba.
Pada saat ini, rupanya yang paling ‘membandel’ bangsa Vietnam. Sehingga bangsa ini setiap hari, setiap menit, dan setiap detik dihujani bom oleh pembawa ‘misi suci’ dari Washington. Kalau ‘misi suci’ itu gagal total, sudah tentu yang salah, katanya, ya kaum ‘biadab’ itu.”
Menurut Bung Karno, “Kaum imperialis tidak akan pernah memperkenankan kemerdekaan tipe Sukarno, Norodom Sihanouk (Kamboja), Mao Tse Tung (RRC), Boumedienne (Aljazair), Gamal Abdel Nasser (Mesir), dan Nkrumah (Ghana).”
Mereka hanya ‘merestui kemerdekaan’ orang-orang yang bisa diatur dan mau menjadi anteknya. Apa yang dinyatakan Bung Karno itu, setidak-tidaknya terlihat dari upaya AS dan Inggris untuk menjatuhkan Presiden Saddam Hussein. Tidak peduli rakyat Irak masih menyenanginya. Bahkan, Presiden Bush menyebut Iran, Irak, dan Korea Utara karena tidak mau tunduk dengan AS, sebagai poros kejahatan yang harus diperangi.
Mengenai politik ‘persetan dengan bantuan Amerika Serikat’ (go to hell with your aid), yang sering dikumandangkan Bung Karno, seperti yang dijelaskannya sendiri, ‘bukan berarti Indonesia menolak bantuan AS. “Tapi ia tidak mau kalau bantuan itu disertai syarat-syarat hingga AS dapat mendikte Indonesia. Apa yang dikemukakan Bung Karno itu, kini jadi kenyataan. Ketika Israel saat ini menyerang Palestina secara brutal, banyak negara Arab bungkam. Paling-paling hanya mengutuk, karena mereka tahu siapa yang berada di belakang negara Yahudi ini. (DAP)
Sumber: Republika

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *