Prosesi penabuhan Beduk Dandang di Menara Kudus, Rabu (22/03) (Foto: Dok Masjid Menara Kudus)
KUDUS, KanalMuria – Penabuhan beduk di Masjid Menara Kudus menandai berakhirnya Tradisi Dandangan Kabupaten Kudus. Penabuhan itu juga menandakan 1 Ramadhan 1444 H.
“Prosesi Dandangan merupakan salah satu budaya masyarakat Kudus yang sudah diakui nasional sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek),” kata Asisten II Pemerintah Kabupaten Kudus (Pemkab), Jatmiko Muhardi Rabu (22/03).
Karena itu, lanjutnya, dia mengajak warga Kabupaten Kudus untuk nguri-uri Tradisi Dandangan. Jatmiko berharap, tradisi yang sudah diwariskan dari Sunan Kudus itu dapat terus diselenggarakan di kemudian hari.
“Sebagai warga Kudus, kita bersama-sama nguri-uri dan memajukan budaya yang sudah diwariskan kepada generasi muda, untuk tetap bisa melaksanakan tradisi tersebut. Sehingga pada kesempatan ini, kita melaksanakan prosesi Beduk Dandang yang sesuai khittah dari tradisi tersebut,” lanjutnya.
Ketua Yayasan Masjid Menara Kudus, Najib Hasan menjelaskan, Tradisi Dandangan diawali saat Sunan Kudus yang memiliki kebiasaan menabuh beduk untuk mengumumkan datangnya Bulan Ramadhan. Pengumuman itu dilakukan Sunan Kudus di atas Menara yang hingga saat ini, tradisi itu masih terus dilakukan.
“Kita kembali pada pertengahan abad 16 Masehi. Mbah Sunan Kudus itu, setiap akhir bulan Sya’ban, beliau tidak menyelenggarakan sebuah ritual. Tapi mempunyai tradisi mengumumkan kapan dimulainya bulan puasa. Konon ceritanya, Mbah Sunan Kudus itu mengumumkan awal bulan puasa di atas menara. Lalu masyarakat berbondong-bondong dan ada yang berinisiatif berjualan bermacam-macam. Kemudian, tradisi itu dikenal sebagai Tradisi Dandangan,” jelas Najib.
Setelah sambutan-sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan penabuhan beduk di atas Masjid Menara Kudus. Dengan ditabuhnya beduk, menandakan awal berlangsungnya Bulan Ramadhan 1444 Hijriah. (iby/de)
