
Di Pati, Jawa Tengah, terdapat kuliner tradisional yang masih banyak digemari, yaitu nasi jagung yang disajikan di atas daun jati yang harum.
Lauknya meliputi jantung pisang dan lodeh tewel yang lezat. Nasi jagung, yang merupakan makanan sehat dari masa lalu, kini sulit ditemukan, namun seorang penjual nasi di Pati melihat hal ini sebagai kesempatan.
Warung nasi jagungnya terletak di timur RS Mitra Bangsa, tepat di depan kantor BKPP Pati. Lapak nasi jagung tersebut tampak sederhana.
Dari sisi depan, terlihat barisan cething atau wadah nasi berbentuk bulat cekung yang terbuat dari bambu. Nasi jagung dibungkus dengan daun jati, kemudian disertai berbagai sayuran dan lauk pendamping. Harganya juga terjangkau bagi pembeli.
Amelia Kristiani (46), pedagang nasi jagung daun jati, mengungkapkan bahwa ia mulai berjualan saat pandemi COVID-19. Pada awalnya, ia menjual makanan oseng-oseng ayam dan ikan asin peda secara online.
Setelah pandemi, penjualan online Amel mulai menurun. Kemudian, dia mencoba membuka lapak sayur lodeh di pinggir jalan, tetapi penjualannya tidak begitu laku.
“Lalu, ternyata tidak laku, jadi saya coba membuat nasi jadul, dan mulai ada orang yang mampir ke sini,” ujarnya.
Awalnya, nasi jadul yang dijual hanya nasi putih dengan sayuran. Dari situ, Amel kemudian memodifikasi dengan menggunakan cething untuk menampung nasi, sayuran, dan lauk. Penampilan ini memberikan kesan jadul atau zaman dulu pada warungnya.
“Tempatnya pakai cething bambu kecil-kecil. Akhirnya, saya berpikir nasi jagung dengan cething kecil-kecil ini jadi ciri khas,” katanya.
Amel lalu berinovasi dengan menjual nasi jagung, yang sering dimakan oleh ibunya saat sakit. Dari situ, Amel terinspirasi untuk membuka usaha nasi jagung jadul.
“Dari situ saya pikir, nasi jagung bagus untuk diabetes dan diet. Mungkin ada yang butuh makanan untuk diabetes atau diet, bisa coba nasi jagung ini,” jelas Amel.
Nasi jagung yang dijual Amel dilengkapi dengan berbagai sayuran dan lauk, serta dibungkus dengan daun jati untuk menambah aroma khas.
“Sayurannya ada oseng daun pepaya, jantung pisang, urap, orak-arek pedo, tahu bumbu kuning, lodeh tewel, dan lauk tempe,” tambahnya.
Amel menjual nasi jagung daun jati dengan harga Rp 12 ribu per porsi, namun pada hari Jumat, harga turun menjadi Rp 10 ribu per porsi.
Warung Amel buka setiap hari, kecuali pada hari Senin, dengan jam operasional mulai pukul 06.00 WIB hingga dagangannya habis.
Amel mengungkapkan bahwa dalam sehari, dia bisa menjual sekitar 60 porsi nasi jagung dan nasi jadul. “Nasi jagung sekitar 30 porsi, dan nasi jadul juga 30 porsi,” tambahnya.
Salah satu pembeli, Melandy, mengatakan bahwa dia tertarik untuk mencoba nasi jagung daun jati, karena menu seperti ini jarang ditemukan di wilayah Pati.
“Aroma khas dari nasi jagung daun jati sangat terasa. Harganya juga terjangkau,” ungkap Melandy saat ditemui di lokasi. /Tim.