Home » Agama, Toleransi dan Sudut Pandang Islam 

 

KITA mengenal Indonesia memiliki berbagai macam agama. Mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu dan Konghucu. Perbedaan agama jangan sampai membuat perpecahan, perbedaan agama harus membuat bangsa Indonesia memiliki rasa saling menghormati, kerukunan dan toleransi tinggi.

 

Negara Indonesia memberikan kebebasan warganya untuk memeluk dan mengajarkan agama yang telah dianutnya, tanpa ada paksaan. Agama bersifat pribadi, hubungan antara individu dengan Tuhannya. Semua agama tak terkecuali agama apapun itu tetap mengajarkan bentuk-bentuk kebaikan, yang selalu ditanamkan dalam kehidupan setiap pribadi agar menjadi manusia seutuhnya.

M. Quraish Shihab dalam sebuah buku yang berjudul “Islam yang Saya Anut” menjelaskan bahwa bahasa Al-Qur’an, agama ditunjukan dengan kata din, kata yang mengandung tiga huruf yaitu dal, ya, dan nun. Kata din tersebut memiliki banyak arti diantaranya taat, ibadah, pembalasan, pembenaran, pengakuan atas jasa, dan utang. Makna dalam arti kata “Din” tersebut memiliki kedudukan antar kedua pihak (saling berhubungan). Maka dapat disimpulkan bahwa agama merupakan hubungan spiritual antara individu dengan Tuhannya sehingga memiliki tujuan untuk menuju suatu kebahagiaan yang hakiki. Dengan demikian, hubungan dengan Tuhan jangan sampai putus, juga terhadap mahluk-mahluknya di muka bumi. Hal tersebut yang diajarkan oleh agama di muka bumi.

Agama sangatlah urgen dalam memelihara hubungan antara individu dengan Tuhannya maupun individu dengan mahluk hidup lainnya. Mulai memelihara rasa saling menghormati, kasih sayang sesama mahluk hingga hubungan bagaimana mahluknya beribadah dengan Tuhannya. Merujuk ke dalam bukunya M. Quraish Shihab “Islam yang Saya Anut” menjelaskan ketika pertama kalinya manusia tergoda oleh iblis sehinggga diperintahkan untuk turun ke bumi. Sambil memerintahkan turun Allah memerintahkan kepada Adam dan istrinya “Turunlah kamu semua dari surga, nanti kalau datang petunjuk-Ku (maka ikutilah petunjuk itu). siapa yang mengikuti petujuk-Ku maka tidak ada rasa takut menimpa mereka dan tidak juga mereka akan bersedih (Q.S al-Baqarah:38).

Di bumi Adam menemukan tiga konteks hal yang berkaitan dengan hubungan memelihara sesama mahluk dan Tuhannya. Ketiga hal tersebut ialah kebenaran, kebaikan dan keindahan. Upaya mencari kebenaran maka ia memerlukan ilmu, mencari kebaikan akan menghasilkan budi dan mencari keindahan ia menemukan seni dalam setiap pribadi manusia.

Toleransi dan Sudut Pandang Islam
Salah satu yang membedakan agama islam dengan agama yang lainnya ialah dua kalimat syahadat yang terkandung dalam agama islam dengan arti “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”.
Semua agama memberi tuntunan dalam hal kebaikan kepada sesama. Salah satunya bertoleransi. Menurut KBBI Toleransi di artikan sebagai sifat atau sikap antara dua kelompok yang berbeda kebudayaan saling berhubungan dengan penuh.

Dalam Jurnal Ushuluddin 23, no.2 (2015), Suryan A. Jamrah menjelaskan bahwa toleransi beragama adalah masing-masing agama senantiasa memberikan ruang gerak bagi agama-agama yang lain guna untuk melaksanakan ibadah yang dianutnya seperti Agama Kristen jika sedang melaksanakan ibadah di gereja maka tidak boleh diganggu, diejek ataupun dimaki-maki.

Agama islam mengajarkan kepada umat manusia untuk bertoleransi sesama manusia. Bahwa agama islam sendiri sebagai agama rahmatallil’alamin yang menjunjung konsep menghargai dan menghormati antar sesama. Konsep tersebut harusnya tertanam dalam diri setiap manusia, sehingga akan menciptakan manusia yang memiliki akhlak yang baik, mampu bertoleransi. Rasa toleransi dalam bentuk memelihara persatuaan, kerukunan, saling mencintai dan menyanyangi antar umat beragama.
Maka dapat dipahami, bahwa agama islam merupakan agama yang damai. Artinya, kerukunan selalu tertanam walupun hidup dengan agama lain atau umat manusia yang memiliki berbagai macam kepribadian. Kedamaian tersebut terciptalah masyarakat harmonis, aman dan nyaman.

Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa bagiamanapun keadaannya, kita tidak boleh meninggalkan toleransi dan kerukunan. QS Al-Ma’idah; 8 “janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa”. Artinya, jika kamu diejek atau dimaki jangan membalas dengan ejekan khawatirnya hal tersebut akan menimbulkan pertengkaran, akan terjadi perpecah belahan. Mamaafkan adalah tindakan yang lebih baik untuk menciptakan kerukunan.

Penulis: Ilham Wiji Pradana. Lahir dan berkarya di Pati, Jawa Tengah. Alumnus IAIN Kudus, Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *