
Sudah 50 Kasus Penyakit LSD Ditemukan di Kabupaten Demak (Foto: Dok Dinkominfo Demak)
DEMAK, KanalMuria – Lumpy Skin Disease (LSD) adalah suatu penyakit viral yang disebabkan virus pox pada sapi dengan dampak utamanya berupa dampak sosio-ekonomi. Keberadaan LSD ini diungkapkan Drh Wahyu Dwi Katmono dari Dinas Pertanian dan Pangan melalui Dyah Purwatiningsih Kepala Bidang Perternakan dan Kesehatan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak, kepada tim pemberitaan Dinkominfo. Senin, (26/12).
Dyah mengungkapkan di Kabupaten Demak ini sudah ada beberapa hewan yang terserang penyakit LSD. “Perkembangan LSD di Demak ini sudah ada di Kecamatan Guntur 10 kasus, Mranggen 24 kasus, Wonosalam 1 kasus, Mijen 10 kasus, dan Karangawen 5 kasus. Jadi total keseluruhan ada 50 kasus di Kabupaten Demak per-data hari ini,” terang Dyah, seperti dilansir pada laman demakkab.go.id.
Dia menerangkan, vrus LSD sangat stabil di lingkungan dalam waktu lama pada suhu kamar, terutama pada keropeng kering. “Pada kulit yang mengalami nekrotik, virus pada nodul dapat bertahan hingga 33 hari atau lebih. Pada kerak kering hingga 35 hari, dan setidaknya 18 hari dalam kulit yang dikeringkan,” jelasnya.
Penyakit LSD tidak menular kepada kambing, domba dan manusia. Namun Tingkat penularan penyakit antara 10 – 20 persen, dengan kematian sebesar 1 – 5 persen, tingkat kesembuhan dapat mencapai 27 persen, dari masa virus masuk hingga menimbulkan infeksi adalah 28 hari. Penyakit ini tidak menginfeksi kambing, domba dan manusia,” tegasnya.
Dia juga menjelaskan langkah-langkah apa saja yang sudah dilakukan Dinpertanpangan untuk mencegah penyebaran LSD di Kabupaten Demak. “Adapun langkah–langkah yang sudah kami ambil untuk mencegah penularan penyakit LSD ini, dengan melakukan pengobatan pada ternak yang terinfeksi,” lanjut Dyah.
Kemudian, hewan ternah dipisahkan dan mengisolasi yang menunjukkan gejala klinis LSD dari ternak yang sehat. “Selanjutnya melakukan koordinasi dengan Pejabat Otoritas Veteriner Provinsi Jawa Tengah untuk tindakan lebih lanjut,” jelas Dyah.
Dia menerangkan, langkah berikutnya meningkatkan biosecuriti kandang dengan melakukan pembatasan ternak keluar masuk kendang. Caranya melalui, desinfeksi dan desinsektisasi pada alat serta barang yang menjadi media penular, dan meningkatkan kebersihan kandang untuk mencegah berkumpulnya vektor.
Upaya lainnya, melakukan pengendalian vektor penyakit LSD (Lalat, Nyamuk, Caplak), pemberian pakan yang berkualitas dengan kuantitas yang cukup tetap disediakan secara teratur untuk memulihkan kondisi hewan. “Lalu melakukan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) kepada peternak tentang LSD, tanda-tanda, gejala klinis, cara penularannya, pengendalian vector penyakit,” ungkapnya.
Adapun ciri-ciri LSD yakni demam mencapai 41,5 derajat celcius, tidak nafsu makan dan penurunan produksi susu. Kemudian ingusan, dan hipersalivasi konjungtivitis, depresi dan pembengkakan limfogaldula, terdapat nodul pada kulit yang berbatas, jelas dan menonjol di bawah kulit atau di bawah otot dengan diameter antara 2 – 5 cm.
“Umumnya nodul terdapat di area kepala, leher, punggung, abdomen, ekor dan bagian daerah genital. Nodul ini akan nekrosis dan menyebabkan sitfast yaitu meninggalkan lubang yang dalam infeksi sekunder sering terjadi terutama pneumonia,” jelasnya.
Untuk itu, Dyah mengimbau agar warga jika menemui penyakit tersebut pada hewan ternaknya segera melaporkan ke petugas. “Kalau masyarakat ada yang menemui atau mendapati ternak dengan tanda-tanda yang sudah saya sebutkan segera hubungi petugas P2K di kecamatan atau di Puskeswan Dempet atau bidang Peternakan dan Keswan,” imbaunya. (tra/ok)