
Buka Peluang Usaha, Kemensos Latih Penyintas Gempa Cianjur Buat Bata Tahan Gempa (Foto: Dok Kemensos)
JAKARTA, KanalMuria – Pasca 4 minggu gempa bumi Cianjur, warga terdampak gempa masih menempati posko-posko pengungsian. Kondisi fisik para penyintas di pengungsian terlihat baik-baik saja. Namun, secara psikis warga korban gempa Cianjur semakin hari, semakin gelisah.
Dalam rangka layanan dukungan psikososial terhadap seluruh penyintas gempa bumi Cianjur, Kementerian Sosial masih terus memfasilitasi pelatihan usaha. Ini dilakukan sebagai penguatan skill dan juga merupakan kegiatan bagi para penyintas mengisi waktu senggang mereka saat di pengungsian.
Dilansir dari laman kemensos.go.id, bermacam-macam pelatihan ditawarkan Kemensos. Salah satunya pembuatan bata tahan gempa di Posko Pengungsian Lapangan Cariu, Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenan. Dilaksanakan Pusdiklatbangprof Kementerian Sosial RI bekerjasama dengan Sentra Terpadu Pangudi Luhur Bekasi, pelatihan ini dapat berlangsung.
Rahman, 38, salah satu pengungsi di Posko Cariu mengungkapkan. Karena dia biasanya setiap hari berjualan jajanan dengan keliling desa dengan menggunakan pikulan. “Bingung mbak, biasaya sehari-hari jualan jajanan dengan pikul berkeliling. Lumayan bisa dapat Rp 50 ribu, setiap hari. Tapi sekarang mau jualan susah. Yang beli siapa? Mereka juga korban, sama susahnya. Apa lagi peralatan pikul sudah rusak ketimpa gempa,” ujar Rahman.
Dia mengungkapkan istrinya baru minggu lalu melahirkan, anak yang ke empat. Namun dia bersyukur keluarganya selamat dari gempa bumi, termasuk istri dan anak-anaknya.
“Apa lagi yang perhatian sama kami banyak. Beberapa hari lalu saya diajak ikut pelatihan pembuatan bata tahan gempa yang dilaksanakan Kemensos. Kalau saya bisa tekuni dengan serius, modal bisa dibantu, peluangnya besar,” ucapnya semangat.
Rahman menyebutkan, sekarang semua rumah hancur. Secara perlahan warga pasti akan membangun (rumah) kembali. Kebutuhan akan bata pasti akan tiba. Ini peluang. Batanya tahan gempa pula. Peminat pasti banyak. Dia berharap melalui pelatihan ini ke depannya dapat dimanfaatkan sebagai modal penguatan ekonomi keluarga jika ditekuni dengan serius.
Sesuai apa yang disampaikan Menteri Sosial RI Tri Rismaharini beberapa waktu lalu, saat mengunjungi dan memotivasi para penyintas gempa bumi Cianjur di pengungsian. Risma mengatakan, di tengah kondisi yang terbatas, pengungsi harus tetap bertahan di pengungsian sampai rumah mereka diperbaiki.
Kementerian Sosial coba menawarkan pelatihan usaha di antaranya pembuatan bata interlock, jajanan hingga kerajinan tangan. “Nanti kita ajarkan membuat bata supaya ada kesibukan, kita datangkan pelatihnya, karena pasti ini lama, rumah mereka banyak yang roboh. Yang penting mereka punya kesibukan terlebih dulu. Selain untuk dukungan psikososial juga bisa bantu untuk usaha,” ujar Risma.
Bisnis bata interlock sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia, serta dapat menjadi bisnis yang menjanjikan. Bata yang dimaksud adalah bata interlock yang dapat menjadi serbuk ketika terjatuh. “Nanti ada khusus campurannya, kalau jatuh, dia kayak serbuk gitu. Kita siapkan, kita ajarkan. Alat cetaknya dan sebagainya, kami siapkan,” terang Risma.
Tidak hanya sebatas pelatihan, Pusdiklatbangprof Kemensos telah berkoordinasi dengan berbagai toko bangunan sekitar untuk peluang pemasarannya. Sudah terdapat toko bangunan yang siap menampung hasil pembuatan bata yang dibuat para penyintas.
“Senang mbak, ikut pelatihan untuk mengisi kegiatan dan mengusir kejenuhan selama tinggal di posko pengungsian,” terang Asep salah satu pengungsi yang juga ikut dalam pelatihan. Mereka berharap ke depan dapat lebih mengasah keterampilan dan mempunyai usaha pembuatan batu bata.
Kepala Pusat Pendidikan Pelatihan dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) Kemensos, Afrizon Tanjung, saat dikonfirmasi mengatakan, pelatihan ini merupakan upaya Kemensos menyiapkan penyintas menghadapi fase pasca bencana.
“Melalui pelatihan-pelatihan itu, kita berharap ada dampak berkelanjutan, tidak saja untuk mengisi waktu luang, atau menghilangkan kecemasan dan kejenuhan, tetapi juga, kita persiapkan bagaimana mereka bangkit lagi setelah nanti kembali ke rumah setelah tidak lagi mengungsi,” ungkap Afrizon. (ok/ion)