
Status Gunung Semeru Kini Turun Menjadi Level III Siaga (Foto: Dok Kominfo Lumajang)
LUMAJANG, KanalMuria – Status Gunung Semeru turun dari Level IV (Awas) menjadi Level III (Siaga). Hal itu diungkapkan Kepala Pelaksana BPBD Lumajang, Patria Dwi Hastiadi saat dikonfirmasi di Posko Komando Penanggal, Jumat (9/12).
“Pertimbangannya menurut rilis diterima dan dipelajari, walaupun aktivitas vulkanik kegempaan beberapa kali terekam, tetapi potensi terjadi erupsi yang lebih besar masih memerlukan akumulasi waktu cukup lama. Jadi pertimbangan mungkin penurunan status Level IV Awas menjadi Level III Siaga,” ungkapnya, seperti dilansir dari laman lumajangkab.go.id.
Patria mengungkapkan, hasil pemantauan visual dan kegempaan, maka PVMBG berkeputusan menurunkan tingkat aktivitas Gunung Semeru dari Level IV (Awas) menjadi Level III (Siaga) terhitung sejak Jumat (9/12) pukul 12.00 WIB.
Namun, lanjut Patria, tingkat aktivitas Gunung Semeru tersebut akan ditinjau kembali, jika terdapat kemunculan gempa-gempa vulkanik dan deformasi yang berkaitan dengan proses supply magma ke permukaan (Gempa Low Frequency, Tremor, Tiltmeter dan GPS) dalam kecenderungan yang signifikan.
Patria menambahkan, dalam tingkat aktivitas Level III (Siaga), direkomendasikan agar tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan dan Kali Lanang sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas di sungai dan tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
“Rekomendasi tentu tetap pada radius 13 km sepanjang aliran tidak ada aktivitas 500 meter kanan kiri sungai tidak ada aktivitas masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, petugas PVMBG, Mukdas Sofian, menjelaskan, asap putih dari kawah utama Gunung Semeru ini terlihat berdasarkan hasil pengamatan visual. “Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas sedang tinggi sekitar 100-300 meter dari puncak. Cuaca berawan, angin lemah ke arah utara,” jelas Mukdas Sofian dalam laporannya.
Dilaporkan pula, akibat letusan atau erupsi tersebut memicu terjadinya gempa di sekitar Gunung Semeru sebanyak 24 kali. Selain gempa akibat erupsi, juga terjadi 1 kali gempa guguran, 7 kali gempa embusan, dan 3 kali gempa vulkanik dangkal.
Berikut hasil pengamatan selengkapnya terkait gempa, dan rekomendasi PVMBG per Jumat (9/12) pukul 00.00 – 06.00 WIB. Pengamatan kegempaan, 24 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-24 mm, dan lama gempa 36-209 detik. Terjadi 1 kali gempa guguran dengan amplitudo 8 mm dan lama gempa 29 detik. Terjadi 7 kali gempa eembusan dengan amplitudo 3-7 mm, dan lama gempa 31-78 detik. Kemudian 3 kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 3-4 mm, dan lama gempa 19-22 detik.
PVMBG merekomendasikan, pertama, tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 17 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 19 km dari puncak.
Kedua, tidak beraktivitas dalam radius 8 Km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar). Ketiga, mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan. (jw/syn)