
Belajar Diplomasi dari PB X, Raja Keraton Solo yang Terkenal sampai ke Eropa (Foto: Dok. Wikipedia)
SOLO, Kanalmuria.com – Kebijakan diplomatik Paku Buwono (PB) X, yang memerintah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dari tahun 1893 hingga 1939, tidak dapat diragukan lagi. PB X menjadi salah satu raja terkenal di Nusantara, bahkan sampai ke Eropa, berkat keahliannya dalam diplomasi.
Di Keraton Solo terdapat banyak patung bergaya Eropa. Patung-patung Yunani dan Eropa lainnya itu adalah hadiah dari PB X kepada Raja, dan dia memiliki kemampuan diplomasi yang jarang dimiliki oleh raja-raja sebelumnya.
Menurut Dani Saptoni, seorang pemerhati sejarah dan pendiri Solo Societeit, PB X secara aktif berhubungan dengan kerajaan-kerajaan dari Nusantara hingga Eropa.
Korespondensi adalah cara PB X menjalin hubungan dengan kerajaan lain. Karena itu, menurut Dani, Keraton Solo sering mengirim surat ke banyak kerajaan dan negara di seluruh dunia, mulai dari Eropa, Asia, hingga Timur Tengah.
Korespondensi yang dikirim PB X secara tidak langsung menunjukkan penentangan terhadap pemerintah Hindia-Belanda. Dani berpendapat bahwa menahan diri sebagai raja meskipun tekanan penjajahan merupakan bagian dari perlawanan politik PB X.
Dani selalu mendengarkan radio dan membaca koran Hindia-Belanda setiap hari saat berbicara tentang PB X. Ia dapat menangkap siaran atau berita dari luar tentang keadaan politik dunia saat itu dengan bantuan penerjemah.
Sejak usia tiga tahun, PB X menjadi adipati anom dan sering mendapat wejangan dari sang ayah, PB IX, tentang hal-hal seperti nasionalisme dan bela negara. Menurut Restu, salah satu hal yang tertanam dalam ingatan PB X adalah pesan yang diberikan ayahnya bahwa perlawanan dengan senjata api sudah tidak terlalu efektif.
Saat ini, PB X masih dianggap sebagai salah satu orang yang berkontribusi pada pengakhiran hegemoni kolonialisme. Hingga 7 November 2011, PB X diberi gelar Pahlawan Nasional Indonesia oleh Pemerintah RI berdasarkan SK Presiden Nomor 113/TK/2011 karena kontribusinya yang signifikan dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda. (ARP)