
upacara di lereng pegunungan Kendeng (dok. akurat.co)
PATI, Kanalmuria.com — Selain upacara di Alun-Alun Simpang Lima Pati, ada beberapa upacara yang unik dan menarik yang dilakukan warga Kabupaten Pati. Berikut beberapa di antaranya,
Upacara Di Tepi Sungai

Warga tepi Sungai Silugonggo Juwana, Pati, Jawa Tengah, menggelar upacara HUT ke-79 RI secara unik. Tiang benderanya ditancapkan di tengah sungai dan petugas upacaranya naik perahu. Sedangkan pengibar benderanya terjun ke sungai menggunakan pelampung.
Upacara bendera di bawah Jembatan Sampang, Desa Tondomulyo, Kecamatan Jakenan, Pati, ini dimulai sekitar pukul 08.00 WIB, Sabtu (17/8). Peserta upacara terdiri atas para pelajar, mahasiswa, nelayan, petani, pegiat lingkungan, tokoh lintas agama dan warga bantaran sungai.
Dipimpin oleh Ali Musthofa yang berdiri tegak di atas perahu di tengah sungai. Ia mengatakan upacara bendera di sungai ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap sungai.

“Keprihatinan kita ketika Sungai Juwana tecemar oleh limbah apapun. Yang paling parah adalah kalau masyarakat di pinggir sungai, bahkan yang jauh dari sungai, membuang sampah di sungai, di anak-anak sungai. Sehingga ketika sudah mengalir ke sungai besar dia akan mengendap,” jelas Ali.
Mengusung tema Nusantara Baru Indonesia Maju “Merdeka dari Pencemaran”, upacara ini sekaligus menjadi bentuk kritik sosial terhadap masih banyaknya kalangan masyarakat yang abai terhadap pelestarian sungai.
Kegiatan upacara ini diinisiasi oleh Jaringan Masyarakat Peduli Sungai Juwana (Jampisawan). Perwakilan Jampisawan Ari Subekti mengatakan, “Harapan kami, kali (sungai) yang dulunya menjadi awal peradaban harus menjadi peradaban baru. Orang-orang melihat sungai sangat penting karena menjadi urat nadi seluruh manusia. Baik dari bantaran sungai maupun di seluruh lingkungan.”
“Jadi semua orang harus sadar bahwa lingkungan bukan hanya milik kita, tetapi juga hak anak cucu kita,” ujar Ari.
Di Tengah Lahan Pertanian

Para petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Karangsari, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati menggelar upacara bendera di tengah lahan pertanian. Upacara tampak diikuti Kapolsek Cluwak, Danramil, serta ratusan warga setempat.
Ketua Gapoktan, Sampurno mengatakan pihaknya menggelar upacara kemerdekaan RI ke-79 yang spesial. Upacara ini digelar selain untuk mendoakan para pahlawan, juga sebagai bentuk perlawanan kepada berbagai pihak yang ingin menyerobot tanah garapan mereka. Para petani Desa Karangsari yakin tanah tersebut merupakan milik nenek moyang mereka.
”Karena lahan ini kita yakini milik Desa Karangsari yang notabene ada di wilayah desa karangsari dan di dalam peta Karangsari. Tapi ada beberapa pihak lain mencoba untuk menguasai lahan tersebut,” jelasnya.

Ia mengatakan para petani terus berjuang bersama-sama untuk mempertahankan tanah milik rakyat Desa Karangsari. Mereka tidak mau kehilangan tanah lagi. ”Harapan ke depan kegiatan ini bisa direspon oleh pihak pemerintahan yang paling bawah sampai atas,” ucapnya tegas.
Dengan menggelar upacara, para petani pun menaruh harapan agar tanah tersebut bisa digarap oleh warga Karangsari seutuhnya. Sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Desa Karangsari.
Kapolsek Kecamatan Cluwak AKP Tejo Pramono mengapresiasi dan mendukung kegiatan yang digelar Gapoktan Desa Karangsari ini. Pihaknya pun berpesan untuk tetap menjaga keamanan dan kondusivitas.
“Saya apresiasi kegiatan gapoktan pada siang hari ini. Tetap jaga kondusivitas keamanan, jangan sampai ada kegaduhan karena kita mencintai tanah air,” tuturnya.
Upacara Di Dalam Gua
Hal yang unik juga datang dari komunitas pecinta alam yang tergabung dalam Jurnalis Adventure Pati. Mereka bersama warga Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, melakukan upacara HUT ke-79 RI di Gua Pancur.

Untuk melangsungkan acara tersebut, peserta dengan penuh tantangan harus berjalan melewati air dengan kedalaman sekitar 100 sentimeter. Mereka wajib menyusuri gua sejauh 150 meter mengenakan peralatan lengkap susur gua.
Upacara dilaksanakan di lokasi yang agak luas. Di tengah gua peserta mengibarkan bendera merah putih. Suara lantunan lagu Indonesia Raya pun terdengar dari dalam gua. Kemudian diikuti dengan mencium Sang Merah Putih.
Koordinator Jurnalis Adventure Pati, Kushariyadi Purwaka mengatakan sengaja memilih menggelar upacara dalam gua. Walaupun penuh tantangan untuk bisa masuk ke gua berair, namun upacara bisa terlaksana dengan baik.
“Selama ini kita upacara di alam atau area terbuka, jadi tahun ini kita memilih di gua ini. Dan ternyata upacara bisa terasa lebih khidmat dalam mengenang para pahlawan,” ucap Heri kepada awak media.

Heri mengatakan ternyata upacara di dalam gua terasa berbeda. “Ternyata di dalam gua juga bagus pesona stalakmit stalaktit nya. Ini menarik sekali untuk dikembangkan sebagai potensi wisata di Pati. Sekaligus dapat menumbuhkan perekonomian warga lokal,” tutupnya.
Sementara tokoh masyarakat Desa Jimbaran, Suyitno mengungkapkan jika upacara di dalam gua pancur sangat menarik dan baru pertama kali dilakukan. Ia yang juga pengelola Wisata Gua Pancur menjelaskan bahwa gua tersebut dulunya menjadi tempat persembunyian warga dari penjajah Belanda. “Jadi sangat tepat kalau upacara diselenggarakan di dalam Gua Pancur,” pungkasnya.
Upacara Di Lereng Pegunungan Kendeng

Puluhan warga yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), serta petani dari berbagai daerah, berkumpul di lereng Pegunungan Kendeng Utara. Tepatnya di Sumber Kali Gede, Desa Brati, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, untuk menggelar upacara peringatan Kemerdekaan RI ke-79 pada Sabtu pagi, 17 Agustus 2024.

Di sebuah lahan kebun, para anggota JMPPK memakai caping (penutup kepala tradisional khas petani) dan menggenggam tiang bendera merah putih. Melalui simbolisasi saat upacara, mereka ingin menunjukkan bahwa derita masyarakat dan lingkungan di sekitar IKN tak jauh berbeda dengan kondisi warga Pegunungan Kendeng.

Upacara rakyat secara swadaya ini rutin digelar setiap tahun dengan berpindah-pindah lokasi. Diikuti ratusan warga perwakilan buruh, petani, peternak, nelayan, mahasiswa, hingga seniman dari Kabupaten Pati, Rembang, Kudus, Grobogan, dan Blora. Mereka aktif menyerukan tentang pentingnya pelestarian alam di Indonesia. Upacara di lereng Kendeng sekaligus untuk menggaungkan harapan agar mereka merdeka dari ancaman perusakan lingkungan di wilayahnya.
Mengarak Bendera Raksasa
Pemandangan unik dan mengagumkan tampak di sepanjang jalan Desa Giling, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada Sabtu pagi (17/08/2024). Bendera merah putih sepanjang 100 meter dan lebar sekitar 2 meter, diarak ratusan warga dan siswa SD hingga MTs setempat.

Ya, warga Desa Giling mempunyai cara dan tradisi tersendiri dalam memperingati HUT ke-79 RI. Diperkirakan sebanyak 400 orang lebih dengan antusias mengikuti kegiatan ini melewati dukuh Jenon, Ngerancan dan Gemiring. Dengan jalan perbukitan mereka tampak tetap semangat hingga finish di lapangan desa setempat.

Kepala Desa Giling, Sutrimo, mengungkapkan mengarak bendera ini merupakan cara warga memperingati Hut Kemerdekaan RI ke 79. “Dengan mengarak bendera merah putih kami harap nantinya bisa menumbuhkan jiwa patriotisme dan nasionalisme bagi warga, khususnya anak-anak. Mengingat generasi yang akan datang adalah generasi penerus yang harus bisa menjaga keutuhan NKRI,” ungkapnya.
Dyah Puji Astuti, salah seorang warga mengaku terharu karena senang melihat semua warga guyub mengarak bendera merah putih bersama-sama. “Itu berat lho, tidak bisa kalau hanya dibawa satu orang saja. Jadi ini juga jadi simbol bahwa kita sebagai warga harus selalu bekerja sama, gotong royong,” ujar Dyah.

Garuda Pancasila berukuran besar menjadi ujung pembuka arak-arakan ini. Tak hanya bendera merah putih, namun warga juga mengarak gunungan yang berisi aneka jajanan anak-anak. Yang menjadikan acara ini lebih unik adalah hadrah dan tembang jawa menjadi musik pengiring kegiatan tersebut.