
PATI, Kanalmuria.com — Kirab Budaya menjadi acara yang paling ditunggu masyarakat Pati dalam Festival Wangi Pradesa yang diselenggarakan dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Pati yang ke-701 sekaligus HUT RI ke-79.
Pemkab Pati menggelar Festival Wangi Pradesa melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) bekerjasama dengan Program Jalur Rempah Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemdikbudristek Republik Indonesia.
Kirab berlangsung meriah pada Jumat, (9-8-2024) malam mulai pukul 19.00 WIB hingga selesai. Ratusan peserta dari 21 Kecamatan se-Kabupaten Pati ambil bagian dalam acara ini dan sukses menghibur ribuan warga Pati.
Berawal dari depan Gedung Juang, peserta kirab berjalan menuju Alun-Alun Pati. Tampak karpet merah yang menjadi tempat para peserta unjuk kebolehan, terhampar di depan tribun kehormatan.
Barongan Si Macan Loreng Gabus Jadi Penampil Awal
Barongan Si Macan Loreng dari Kecamatan Gabus menjadi penampil pertama di hadapan para tamu undangan. Dengan formasi lengkap, barongan Si Macan Loreng menampilkan atraksi yang memukau.
Sebagai catatan, di bawah binaan Widi Widada tim barongan Si Macan Loreng ini berhasil meraih prestasi yang membanggakan. Di antaranya menjadi juara 1 AMG 2023 hasil kolaborasi dengan MB Es-Silahy.
Selain itu tim barongan ini juga sering unjuk kebolehan di berbagai event nasional. Yang terbaru pada akhir Mei 2024 lalu Si Macan Loreng mendapat undangan untuk tampil di Istana Merdeka Jakarta.
Jejak Rempah Di Kabupaten Pati
Kirab budaya tahun ini mengusung tema ‘Jejak Rempah Di Kabupaten Pati’. Masing-masing perwakilan kecamatan yang kebanyakan adalah siswa-siswi SMP, menyuguhkan tarian yang mengangkat jejak rempah di masing-masing kecamatan.
Ada yang mengangkat tema tradisi temanten tebu (Kecamatan Trangkil), Kupatan Tayu, Racik Rempah, Juwana Mina Lestari, Wedang Coro, hingga tradisi Meron (Kecamatan Sukolilo). Wayang Topeng Soneyan yang telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) juga ditampilkan dalam karnaval ini.
Beberapa kecamatan mengangkat tema seputar komoditas andalan Pati seperti sego brabuk, budi daya itik dan telur asin, brambang (bawang merah), peternak lebah, garam, kembang mayang kelapa kopyor, serta Pasar Hewan Pragolo.
Makna Wangi Pradeça
Pj Bupati Pati, Henggar Budi Anggoro mensyukuri terlaksananya karnaval ini sebagai puncak peringatan Hari Jadi ke-701 Kabupaten Pati. “Akhirnya semoga event budaya spektakuler yang menampilkan keragaman budaya dari setiap kecamatan di Kabupaten Pati betul-betul bisa merayakan Hari Jadi Kabupaten Pati,” ujarnya. Menurut Henggar, Wangi Pradesa mengandung makna yang sangat agung bahwa Kabupaten Pati merupakan salah satu penghasil rempah-rempah yang banyak bermanfaat.
Plt Kepala Disdikbud Pati Tulus Budiharjo mengatakan, “Festival budaya dan jalur rempah ini mengangkat tema ‘Wangi Pradesa’. Adapun penamaan wangi memiliki arti harum. Dan pradesa mengambil dari bahasa Sansekerta, pradeça, yang berarti daerah atau wilayah.”
“Sehingga kami harapkan festival ini dapat membawa dampak nyata berupa meningkatnya kesejahteraan hidup masyarakat Kabupaten Pati dengan memanfaatkan potensi kebudayaan jalur rempah,” sambung Tulus.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti mengatakan, Festival Wangi Pradesa mengusung tema potensi rempah di Kabupaten Pati. Jalur Rempah membuka konektivitas antarbudaya Nusantara, salah satunya Pati yang punya peran strategis.
“Pemaknaannya, Pati termasuk daerah sangat strategis bagi program jalur rempah yang mengangkat lagi nilai kesejarahan di Indonesia yang terkait jalur perdagangan rempah-rempah pada masa lalu,” pungkas Irini. (DAP)