Home » Tak Dilirik Anak Muda, Kerajinan Anyaman Bambu di Pati Terancam Punah

Mulyadi, satu-satunya pengrajin anyaman bambu Desa Pulerejo, Kecamatan Winong, Pati. Ia prihatin lantaran anak muda tidak ada yang melirik usaha kerajinan anyaman bambu.

PATI, Kanalmuria.com Perajin anyaman bambu saat ini semakin jarang ditemukan. Anak muda atau generasi milenial nampak keengganan  melirik atau menekuni kerajinan tangan itu. Mereka lebih memilih merantau ke luar kota. Salah satunya di Desa Pulorejo, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati.

Dulunya, desa ini dikenal sebagai sentra kerajinan anyaman bambu di Pati. Produk yang dihasilkan seperti Ikrak, Tampah, Tebok, Ayakan,Kipas dll. Namun, sekarang ini pemuda setempat tidak meliriknya sebagai mata pencaharian. Usaha kerajinan bamboo terancam punah.

“Usaha kerajinan bambu disini sudah ada lama sejak mbah-mbah dulu hingga sekarang,” kata Mulyadi (42) salah satu pengrajin kerajinan bambu di dusun Puluhan desa Pulorejo kecamatan Winong itu.

Dikatakan Mulyadi, Desa Pulorejo khususnya dusun Puluhan kecamatan Winong merupakan salah satu desa yang menjadi sentra produksi kerajinan bambu. Meskipun belum dikelola secara serius dan formal, tetapi sebagian besar warga sudah menggeluti produksi kerajinan bambu sejak lama dan turun-temurun dari generasi sebelumnya.

“Seiring perkembangan zaman, entah karena alasan ekonomi atau gengsi, pemuda pemudi banyak yang mencari pekerjaan lain seperti di perusahaan atau merantau ke luar daerah hingga luar negeri daripada menggeluti usaha kerajinan bambu. Generasi milenial dan Gen Z sekarang sebagian besar tidak bisa membuat kerajinan bambu yang dulu dan saat ini dikerjakan oleh generasi sebelum mereka,” ungkapnya.

Mulyadi mengaku dirinya merupakan salah satu generasi terakhir yang masih menggeluti usaha kerajinan bambu. Ia menggeluti usaha kerajinan bambu sudah sejak masih kecil. “Dulu awalnya membantu orang tua, sekarang membuat sesuai kemampuan, kebutuhan dan permintaan,” ujarnya.

“Sekarang jarang yang membuat kerajinan, apalagi umur di bawah saya, yang seumuran saja jarang, sudah banyak yang memilih pekerjaan lain seperti kerja di pabrik, kerja kuli bangunan atau merantau,” pungkas Mulyadi.(Imam Syafei/Ali)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *