
Digelar di Pendopo Notobratan, Pasar Ndoro Bei Hadirkan Nuansa Abad Ke-18 (Foto: Dok Kominfo Demak)
DEMAK, KanalMuria – Pasar Ndoro Bei yang digelar di Pendopo Notobratan Kadilangu menawarkan nuansa zaman dulu serasa ke abad ke-18. Nuansa yang ada mencerminkan suasana pasar rakyat tradisional, lapak pedagang dibangun dengan konstruksi berbahan bambu dan welit.
Demikian pula beraneka makanan yang ditawarkan pun berupa menu-menu zaman lampau. Seperti getuk lindri, es dawet ndoro hayu, jamu coro hingga permen jadul gulali.
Pasar rakyat bernuansa jadul di gelar selama 2 hari, Sabtu (26/08) dan Minggu, (27/08). Nuansa jadul pun sangat terasa dimana para pedagang pun menggunakan pakaian rakyat zaman dahulu. Pedagang wanita menggunakan kebaya, pedagang pria menggunakan lurik dan celana gombrong hitam yang merupakan pakaian khas rakyat di masa Kasultanan Bintoro.
Untuk membeli maupun menikmati kuliner yang ada di Pasar Ndoro Bei ini, uniknya tidak menggunakan uang tunai, namun menggunakan kepingan koin dari kayu. Harga perkeping koin kayu Rp 5.000 yang dapat ditukarkan di pintu masuk.
Mengutip dari demakkab.go.id, salah satu pengunjung Rian menyampaikan, pasar tradisional jadul ini sangat menarik karena betul-betul menggambarkan di masa zaman Kasultanan Demak Bintoro.
“Untuk menu yang ditawarkan pun menu jajanan tempo dulu dengan membayar 2 hingga 3 keping. Untuk rasanya pun enak, karena saya mencicipi es dawet Ndoro Hayu selain itu saya membeli jamu coro yang merupakan masakan tradisional Demak. Ya pokoknya oke lah dari menu dan suasana menggambar kan suasana jadul,” kata Rian saat di temui di lokasi Pasar Ndoro Bei, Sabtu (26/08).
Kegiatan Pasar Ndoro Bei tersebut merupakan rangkaian acara Catur Sasangka yang merupakan cipta karya di Demak yang diharapkan menjadi pioner dalam pelestarian budaya bangsa yang digelar selama 2 hari.
Selain menawarkan replika pasar nusantara abad ke-18 juga ada sarasehan sejarah dan budaya, kemudian pagelaran wayang kulit kontemporer, pertunjukan tari sanggar Padma Baswara, pertunjukan tayub hingga kirab tumpeng pranoto mongso. (tra/de)