Home » Terima Banyak Ujaran Kebencian, Jokowi: Polusi Budaya Sangat Melukai Keluhuran Budi Pekerti Bangsa Indonesia
Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI dalam rangka HUT Ke-78 Proklamasi Kemerdekaan RI, di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Rabu (16/08) pagi

Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI dalam rangka HUT Ke-78 Proklamasi Kemerdekaan RI, di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Rabu (16/08) pagi (Foto: Dok Humas Setkab)

JAKARTA, KanalMuria – Presiden Joko Widodo memberikan tanggapan mengenai anggapan dirinya yang bodoh, plonga-plongo hingga disebut sebagai Fir’aun. Jokowi mengaku menerima semua ujaran yang disematkan kepadanya itu.

“Posisi Presiden tidak senyaman yang dipersepsikan. Ada tanggung jawab besar yang harus diemban. Ada banyak permasalahan rakyat yang harus diselesaikan,” kata Jokowi dalam pidato Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI dalam rangka HUT Ke-78 Proklamasi Kemerdekaan RI, di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Rabu (16/08) pagi.

Dia menilai, dengan adanya media sosial, berbagai informasi dapat diterima Presiden dengan mudah. Seperti keluh kesah dan kemarahan masyarakat hingga ujaran kebencian maupun fitnah yang di alamatkan kepada Jokowi.

“Dengan adanya media sosial seperti sekarang ini, apapun bisa sampai ke Presiden, mulai dari masalah rakyat di pinggiran, sampai kemarahan, ejekan, bahkan makian dan fitnah bisa dengan mudah disampaikan,” ujarnya.

Bahkan, tak jarang yang menganggap Presiden sebagai orang yang bodoh dan menyamakannya dengan Fir’aun. “Saya tahu, ada yang mengatakan saya ini bodoh, plonga-plongo, tidak tahu apa-apa, Firaun, tolol. Saya tidak masalah. Sebagai pribadi, saya menerima saja,” lanjut Jokowi.

Kendati demikian, Jokowi menyayangkan mulai pudarnya budaya santun dan budi pekerti luhur Bangsa Indonesia. Baginya, kebebasan dan demokrasi yang ada justru digunakan sebagai ajang melampiaskan kedengkian dan fitnah.

Terkait hal itu, Presiden menyebutnya sebagai polusi budaya. “Polusi di wilayah budaya ini sangat melukai keluhuran budi pekerti bangsa Indonesia. Memang tidak semua seperti itu. Saya melihat mayoritas masyarakat juga sangat kecewa dengan polusi budaya tersebut,” ujarnya.

Jokowi melanjutkan, cacian dan makian yang ada justru membangunkan nurani bangsa untuk bersatu menjaga moralitas ruang publik, bersatu menjaga mentalitas masyarakat, sehingga kita bisa tetap melangkah maju, menjalankan transformasi bangsa menuju Indonesia Maju, menuju Indonesia Emas 2045. (iby/soe)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *