Home » Belimbing Jingga, Ikon Buah Khas Jepara yang Makin Berkurang, Dilestarikan Lewat Festival
Belimbing Jingga, Ikon Buah Khas Jepara yang Makin Berkurang, Dilestarikan Lewat Festival

Belimbing Jingga, Ikon Buah Khas Jepara yang Makin Berkurang, Dilestarikan Lewat Festival (Foto: Dok Diskominfo Jepara)

JEPARA, KanalMuria – Festival Belimbing Jingga bakal tersaji perdana di kompleks Perpustakaan RA. Kartini, RT 3/ RW 4, Desa Ketilengsingolelo, Kecamatan Welahan. Rencananya festival ini akan digelar 1 sampai 2 Oktober 2023. Kegiatan ini sebagai ikhtiar pelestarian serta pengenalan kembali belimbing jingga, sebagai salah satu ikon buah khas Jepara.

Gelaran tersebut diinisiasi pendiri sekaligus pengelola Perpustakaan RA. Kartini, Edi Mustofa. Didukung pemerintah desa setempat. Nantinya, festival ini turut dimeriahkan dengan pementasan beragam kesenian, lomba-lomba, hingga diisi sarasehan budaya.

Demikian dikemukakan Edi Mustofa saat di ruang kerja Kepala Diskominfo Jepara Arif Darmawan, Senin (17/07). Dia menjelaskan belimbing jingga, merupakan salah satu ikon buah unggulan yang harus selalu diupayakan untuk dilestarikan. Sebab, saat ini jumlah pohonnya mulai berkurang karena minimnya minat membudidayakan.

Bahkan, banyak di antara warga yang beralih budi daya jambu delima. “Dengan adanya festival tersebut nantinya tumbuh keberpihakan, serta kepedulian bersama untuk menanam lagi,” ujarnya, dikutip dari jepara.go.id.

Saat ini, pohon belimbing jingga hanya tersisa sekitar 500-an batang saja. Tersebar di tiga desa di Kecamatan Welahan, meliputi Desa Ketilengsingolelo, Gedangan, dan Welahan. Edi mencatat, pada tahun 90-an sebaran pohon itu masih ada di lima desa, ditambah Gidangelo dan Kalipucang Wetan.

Dalam gelaran festival nanti, pihaknya juga akan menghadirkan berbagai kegiatan edukasi untuk generasi muda. Antara lain melalui program literasi untuk memupuk dan meningkatkan minat budi daya belimbing tersebut. “Saya ingin masyarakat kita mengetahui, bahwa belimbing tersebut bukan hanya belimbing biasa,” tuturnya.

Belimbing Jingga Jepara memiliki tampilan warna jingga kekuning-kuningan seperti kunyit. Ukuran buahnya sedang, tidak terlalu besar atau kecil. Miliki rasa lebih manis dibanding jenis belimbing lain, itu karena proses panen hanya boleh dilakukan saat buah matang. “Jadi harus matang, sudah 40 hari ke atas baru boleh diambil,” ungkap Edi.

Panen belimbing ini bisa dilakukan sebanyak empat kali dalam setahun. Bahkan bisa sampai lima kali panen, jika dipacu dengan formula perangsang buah. Atas berbagai keunggulan tersebut, varietas tersebut pernah dianugerahi penghargaan juara di level nasional pada ajang lomba buah. “Pernah dilombakan di tingkat nasional meraih juara 2, antara tahun 2009 atau 2010,” kata dia.

Puncak panen raya belimbing jingga terjadi antara Febuari – Maret. Hasilnya rerata mencapai 5 kuintal. Dalam tiap 1 kilogram berisi kisaran 5 buah. Terkait pemasarannya selain dibeli oleh pengepul, kini warga mencoba menjual secara daring. Dari situ laba pembudi daya bisa naik, bahkan hampir tiga kali lipat per kilogramnya. (tra/de)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *