
Pemkot Semarang Terus Berupaya Mengatasi Masalah Penurunan Tanah di Pesisir Semarang (Foto: Dok Pemkot Semarang)
KOTA-SEMARANG, KanalMuria – Salah satu masalah lingkungan di Kota Semarang yang terus menyulitkan produktifitas warganya adalah resiliensi atau penurunan tanah yang terjadi sepanjang tahun. Setidaknya, dalam catatan Pemkot Semarang, setiap tahun terjadi penurunan tanah sedalam 10 sentimeter.
Hal tersebut dikemukakan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang, Iswar Aminuddin. “Jadi penurunan tanah (resiliensi) di kota semarang itu pasti karena faktor alam yang tidak bisa kita tolak. Tapi tentu kami akan melakukan upaya-upaya pencegahan, seperti pelarangan penggunaan air tanah secara berlebihan. Sejalan dengan itu, kita berharap PDAM mampu memenuhi kebutuhan air warga Kota Semarang,” ujar Iswar menceritakan penyebab resiliensi terjadi, pada Senin (10/07)
Terkait penggunaan air tanah, Iswar mengatakan harus ada sweeping yang dilakukan Pemkot dan PDAM termasuk pihak industri yang konsumsi air tanahnya besar. “Harus ada sweeping kesitu,” tegas Iswar.
Namun Iswar juga mengatakan dari PDAM juga harus ada komitmen yang tinggi terkait pelayanan dan penyediaan kebutuhan air bagi industri dan ke daerah pantai dan pesisir.
Lalu faktor kedua yang membuat pesisir Semarang terus mengalami penurunan, karena daratannya terbentuk dari endapan aluvial yang terbentuk baru ratusan tahun, bukan sejak jutaan tahun lalu.
Menurut Iswar yang pernah menjadi Kepala Dinas PU Kota Semarang itu dari hal tersebut bisa disimpulkan kekuatan permukaan tanahnya tidak kuat untuk menyangga beban pembangunan yang sangat besar.
“Kemudian untuk pemadatan endapan aluvial ini butuh waktu yang kemudian salah satunya adalah penurunan tersebut, penurunan tanah sendiri terjadi sebagai proses pemadatan tersebut,” urainya, dikutip dari semarangkota.go.id.
“Namun pastinya kami tidak menyerah dengan terus menganggarkan anggaran pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan pesisir dan pantai Semarang tiap tahun,” tegas Iswar.
Kemudian dari Kemen-PUPR juga menganggarkan pembangunan DAM atau bendungan di Tambakrejo. Keterlibatan Kemen-PUPR disebut oleh Iswar karena ketinggian air saat ini cukup tinggi karena dampak penurunan tanah 10 sentimeter tiap tahun.
“Nah jika kita bersinergi baik dari Pemkot, Pemprof, BBWS, dan PUPR bersama maka beberapa tahun yang akan datang akan kelihatan hasilnya,” harap Iswar. (tra/de)