Home » Banjir Orderan, Penjual Lopis Tetap Jaga Kualitas dan Cita Rasa
Banjir Orderan, Penjual Lopis Tetap Jaga Kualitas dan Cita Rasa

Banjir Orderan, Penjual Lopis Tetap Jaga Kualitas dan Cita Rasa (Foto: Dok Timkom Publik Pekalongan)

PEKALONGAN-KOTA, KanalMuria – Tradisi Lopisan Syawalan menjadi momen menarik sekaligus tradisi yang dimeriahkan tepat satu minggu setelah perayaan Idul Fitri. Gelaran tersebut dimeriahkan warga Kota Pekalongan, khususnya di wilayah Krapyak, dimana yang menjadi ikon dari kebiasaan turun temurun ini yakni adanya pembuatan lopis raksasa seberat 3,5 ton.

Selain lopis raksasa, kemeriahan serta keberkahan juga dirasakan sebagian besar warga setempat yang menjadi pedagang lopis musiman, hampir di sepanjang jalan protokol di Kota Pekalongan dipadati penjual lopis tersebut

Salah satunya Lopis Lambang Kebahagiaan yang berlokasi di jalan Truntum, Klego, Kota Pekalongan. Farid generasi ketiga penerus usaha keluarganya mengaku tiap tahun tak pernah absen memproduksi lopis khas Krapyak setiap bulan Syawal untuk mengobati rasa rindu para pelanggannya.

“Sekarang ada pedagang yang berjualan lopis setiap hari, tapi kami hanya produksi satu tahun sekali, untuk menjaga tradisi di sini,” tuturnya saat ditemui di rumah produksinya, pekan lalu.

Mengutip dari pekalongankota.go.id, Farid menyebutkan, dalam satu kali produksi 50 pcs sampai seratus lopis bisa terjual dalam sekali angkut. Pelanggannya pun tidak hanya dari Kota Pekalongan saja, namun sejumlah kota besar lainnya seperti Jogjakarta, Bandung bahkan datang dari luar negeri seperti Hongkong.

“Karena proses mematangkan lopis memakan waktu kurang lebih 24 jam, maka lopis bisa bertahan hingga 14 hari, jadi aman untuk dikirim ke luar daerah,” sambungnya.

Untuk harga satuan lopis, dibanderol mulai dari Rp 9 ribu hingga yang berukuran jumbo seharga Rp 50 ribu. Biasanya lopis mulai ready pada H+2 Lebaran.

Namun untuk tahun ini dipercepat yakni H-1 Lebaran, agar lebih banyak pembeli yang bisa membawa lopis sebagai oleh-oleh khususnya bagi para pemudik. “Sejak H-1 Lebaran hingga H+4 sudah sekitar tiga perempat kuintal beras ketan yang diolah jadi lopis,” jelasnya.

Farid berharap, tradisi Lopis Syawalan ini dapat dijaga bersama tentunya tidak lupa dengan mempertahankan kualitas dan cita rasa lopis khas krapyak agar memiliki identitas tersendiri. (jt/ion)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *