
Tradisi Toleransi Turun temurun, Warga Nasrani Lebaran ke Warga Muslim (Foto: Hans/KanalMuria)
GROBOGAN, KanalMuria – Sebuah tradisi unik terjadi saat Idul Fitri 1444 H, di kampung toleransi di Desa Penadaran, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Di kampung ini, warga non muslim mendatangi rumah warga muslim untuk berlebaran sekaligus saling bermaafan saat Idul Fitri.
Momen Idul Fitri tak hanya dilakukan warga muslim saja, di kampung toleransi warga nasrani juga memanfaatkan momen tersebut untuk berlebaran dengan berkunjung ke warga dan tetangganya yang muslim. Mereka mengucapkan selamat Idulfitri sekaligus bersilaturahmi dan halal bihalal dengan tetangganya yang muslim.
Menurut Petrus Supomo, wakil umat Nasrani Santo Paulus, tradisi ini sudah dilakukan turun temurun sejak nenek moyang terdahulu. Saat momen Idul Fitri, umat Nasrani melakukan silaturahmi dalam rangka halal bihalal dengan mendatangi rumah warga muslim.
“Kami dari teman teman umat Nasrani bersama-sama silaturahmi, karena ini lebaran, sesuai adat kebiasaan umat di Desa Penadaran ini, kami umat Nasrani melakukan kunjungan ke rekan-rekan umat muslim, begitu pula sebaliknya saat Natal bergantian,” ucap Petrus, Senin (24/04).
Petrus menambahkan, tradisi tersebut bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan, kekeluargaan, dan menjaga toleransi kebersamaan antar umat beragama.
“Di sini toleransinya sangat tinggi. kebersamaan, saling membantu tanpa membedakan agama. yang jelas selalu bersama sama. Tradisi model seperti ini menjadi model yang lain, inilah kebersamaan, ini membuat kita aman, tentram, damai, rukun, dan kita pun nyaman,” tutur Petrus.
Sementara H. Sawiji, tokoh agama setempat mengatakan, tradisi tersebut sudah turun temurun sejak nenek moyang yang ada di Desa Penadaran. Tradisi silaturahmi warga Nasrani dengan warga Muslim sudah menjadi rutinitas setiap Idul Fitri maupun saat Natal.
“Tradisi tersebut sudah terjalin sejak 1965. Terbukti, lokasi Gereja Santo Petrus yang berdampingan dengan Masjid Jami’ Al Mualimin. Kami menyambut baik, ini untuk melanjutkan tradisi nenek moyang yang sudah lama terbina untuk saling mengunjungi,” ujar Sawiji.
Sementara, Kades Penadaran Sholehatul Ridho berharap, tradisi yang ada di desa Penadaran perlu dilestarikan untuk menjaga toleransi dan kebersamaan antar umat beragama.
“Ini wajib dipertahankan, karena tradisi seperti ini jarang, perlu kita pertahankan kerukunan antarumat beragama di Desa Penadaran, secara umum perlu ditiru umat beragama di daerah lain yang ada di Indonesia,” harapnya. (han/de)