Home » Ikuti Pelatihan Memasak, Eks-PMI Banjar Raup Sukses di Negeri Sendiri
Ikuti Pelatihan Memasak, Eks-PMI Banjar Raup Sukses di Negeri Sendiri

Ikuti Pelatihan Memasak, Eks-PMI Banjar Raup Sukses di Negeri Sendiri (Foto: Dok Kemensos)

JAKARTA, KanalMuria – Pulang dari Arab Saudi, Nia Kurniasih, eks pekerja migran Indonesia (PMI) membuka warung di Sentra Kreasi ATENSI (SKA) “Handayani” di Jakarta. Ibu tiga anak berusia 37 tahun asal Kota Banjar, Jawa Barat itu kembali ke Indonesia pada Maret 2022 lalu.

“Alhamdulillah, sejak kembali ke Indonesia pada Maret 2022 lalu, dan diajak tinggal di sentra, saya mampu mencukupi kebutuhan hidup saya dan dua anak saya di sini lewat usaha kuliner di SKA,” kata Nia dikutip dari laman Kemensos.

Nia yang saat ini tinggal di asrama yang disediakan Sentra, merupakan seorang pekerja migran di Arab Saudi sejak tahun 2019. Kasus rudapaksa yang menimpa anak sulungnya, NM, 15, oleh pamannya di Pangandaran semasa bekerja di luar negeri, memantapkan hatinya pulang ke Indonesia untuk merawat sendiri kedua putrinya.

“Suami saya meninggal tahun 2019, 7 bulan setelah saya bekerja di luar negeri. Sejak saat itu, 2 anak saya ikut keluarga almarhum suami di Pangandaran. Saya dengar kejadian yang dialami anak saya dari uwak (tante)nya,” katanya mengisahkan.

Sebelumnya, kejadian yang menimpa anak sulung Nia direspon Menteri Sosial Tri Rismaharini. Mensos menjemput langsung kedua putri Nia ke Pangandaran untuk dibawa serta ke Sentra “Handayani” di Jakarta pada Februari 2022 lalu.

Di sentra, anak sulungnya diberikan pelayanan rehabilitasi sosial. Sementara, Nia diupayakan kepulangannya dari Arab Saudi pada Maret 2022.

Setelah kembalinya ke Jakarta, dia lantas difasilitasi ruang dan modal usaha oleh Kemensos. Selain itu, Nia juga diberikan pelatihan memasak.

“Pelatihan masak waktu itu di Sentra “Mulya Jaya” di Jakarta, selama 4 hari dari 20-23 Agustus 2022. Dilatih berbagai resep masakan, termasuk cara penyajiannya. Alhamdulillah sih, jadi dapat pengalaman dan ilmu-ilmu baru dari pelatihan memasak,” katanya.

Dari pelatihan memasak itu, ibu dua anak ini kian menguasai berbagai resep makanan. Nia pun menerima pesanan segala jenis makanan dengan jumlah besar maupun kecil, mulai dari nasi kuning, bubur, sampai macam-macam rebusan.

Jumlah pesanan yang diterimanya pun, diakuinya, kian meningkat. “Ya, meskipun pelanggannya itu-itu aja, maksudnya dari pegawai sentra atau Kemensos sendiri, tapi jumlah pesanan yang masuk makin banyak dari waktu ke waktu,” ucap dia.

Dibandingkan dengan pendapatannya saat kerja di Arab Saudi, dia mengaku penghasilannya kini lebih stabil. “Dulu, awal saya kerja di Arab Saudi, kalau dikonversikan dapat Rp 3,6 juta per bulan, bisa lebih, bisa kurang, tergantung kursnya saat itu,” tuturnya.

Kalau di sini, lanjutnya, pendapatannya bisa mencapai Rp 5 juta setiap bulannya. Terlebih, satu tahun telah berlalu sejak kepulangannya pada Maret 2022 lalu.

“Itu penghasilan dari dua pintu, warung sehari-hari dan orderan. Kalo dirata-rata segitu. Kalau misalkan ada orderan dalam jumlah besar, kadang bisa lebih dari itu,” ungkapnya.

Dengan bekerja di negeri sendiri, Nia juga mengungkapkan hatinya jauh lebih tenang lantaran sambil mengais rejeki, dia tidak perlu khawatir anak jauh dari pandangan matanya.

“Pesennya Bu Menteri dulu juga begitu. Sebelum sukses, jangan pulang dulu. Ibu yang sabar. Tunjukkan bahwa Bu Nia itu bisa menghidupi anak-anak, walaupun sendiri. Nanti, setelah sukses, silakan aja, mau ke pulang ke kampung halaman, mau ke mana, yang penting Bu Nia sukses dulu,” katanya mengingat kembali pesan Mensos kepadanya. (iby)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *