Home » Bakal Lebih Meriah, Tradisi Dudgeran Ada Kirab dari Balai Kota ke Alun-Alun Masjid Agung
Bakal Lebih Meriah, Tradisi Dudgeran Ada Kirab dari Balai Kota ke Alun-Alun Masjid Agung

Bakal Lebih Meriah, Tradisi Dudgeran Ada Kirab dari Balai Kota ke Alun-Alun Masjid Agung (Foto: Dok Pemkot Semarang)

SEMARANG-KOTA, KanalMuria – Tradisi Dugderan Kota Semarang tahun ini akan digelar lebih meriah. Prosesi Dugderan diagendakan digelar berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Prosesi holaqoh dan penabuhan bedug yang biasanya dilakukan di Masjid Agung Semarang, kali ini akan digeser ke alun-alun.

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, prosesi Dugderan dipindah ke alun-alun untuk mengembalikan sejarah zaman dahulu. Selama ini, prosesi Dugderan dilakukan di dalam masjid mengingat alun-alun sebelumnya menjadi pasar.

Kini, Pemkot Semarang sudah melakukan revitalisasi alun-alun. Diharapkan, bisa menjadi tempat untuk berkegiatan sekaligus mengembalikan sejarah masa lampau.

“Dulu, alun-alun belum direvitalisasi, jadi di masjid. Sekarang, kembali ke sejarah lama, dikembalikan lagi ke alun-alun,” terang Ita, sapaan Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Mengutip dari semarangkota.go.id, Ita memastikan, Dugderan di Alun-Alun Masjid Agung Semarang akan lebih meriah. Karena, masyarakat bisa menyaksikan secara langsung prosesi halaqoh dan tabuh bedug di alun-alun. “Jadi, ga suk-sukan (berdesak-desakan, Red). Mau nabuh bedug itu kelihatan,” ucapnya.

Ita membeberkan, tradisi Dugderan akan dimeriahkan dengan kirab menggunakan kereta dari balai kota menuju Alun-Alun Masjid Agung Semarang.

Sebelum ritual atau prosesi Dugderan, rencananya akan dilakukan penandatanganan kerjasama pariwisata dengan daerah hinterland Kota Semarang yaitu Pemerintah Kota/Kabupaten Semarang, Demak, Grobogan, Salatiga, dan Kendal. Selain itu, Pemerintah Kota Semarang juga akan kerjasama pariwisata dengan Kota Solo.

“Nanti kepala daerah rawuh, termasuk juga Mas Gibran semoga bisa rawuh. Setelah itu, acara prosesi Dugderan. Kalau berkenan, beliau-beliau bisa ikut kirab sampai ke alun-alun,” jelas Ita.

Senada, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Wing Wiyarso mengatakan, prosesi halaqoh dipindah ke alun-alun merupakan upaya pemerintah mengembalikan rohnya tradisi Dugderan.

Pihaknya sudah berkonsultasi dengan pakar sejarah dan koordinasi dengan kasunanan terkait hal itu.

“Kami optimalkan alun-alun. Dulu, halaqoh disampaikan di alun-alun oleh Kanjeng Adipati Aryo Purwodiningrat,” terangnya.

Pihaknya memgemas Dugderan agar bisa mengangkat sejarah Kota Semarang. Sehingga, anak-anak muda bisa semakin cinta kepada kota ini.

Di samping itu, dilakukannya prosesi dugderan di alun-alun juga diharapkan akan berpengarug terhadap kunjungan ke Pasar Johar. “Harapan kami, Pasar Johar akan jaya seperti dulu,” tambahnya. (tra/ion)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *