Home » Ita Upayakan Bangun Rumah Deret atau Rusun untuk Relokasi Warga Dinar Indah
Ita Upayakan Bangun Rumah Deret atau Rusun untuk Relokasi Warga Dinar Indah

Ita Upayakan Bangun Rumah Deret atau Rusun untuk Relokasi Warga Dinar Indah (Foto: Dok Pemkot Semarang)

SEMARANG, KanalMuria – Secara terang-terangan warga Perumahan Dinar Indah, Meteseh Kecamatan Tembalang menolak solusi yang diberikan oleh Pemkot Semarang untuk sementara pindah ke rumah susun (Rusun) sembari penanganan banjir dilakukan pemerintah.

Walikota Semarang, Hevearita G. Rahayu menegaskan, Pemkot tidak bisa membangunkan rumah yang baru untuk warga terdampak. Pasalnya bencana tersebut tidak terdampak program pemerintah. Namun ia berjanji akan tetap berupaya mencarikan solusi agar masyarakat bisa pindah.

Melansir dari semarangkota.go.id, Ita, sapaan akrabnya, mengatakan dengan lahan yang terbatas, sebenarnya penanganan relokasi ini bisa dilakukan dengan pembuatan rusun. Namun jika memang ada lahan yang cukup besar, kemungkinan bisa dibangun rumah deret.

“Kami sudah mengajukan proposal itu ke Kementerian PUPR. Semoga segera diproses. Ini belum jadi sudah pada komplain. Kami kan melakukan upaya-upaya,” kata Ita, Jumat (24/02).

Menurut informasi yang ia terima, memang masih ada tanah milik pengembang di daerah tersebut. Namun memang harus dilihat sertifikat lahan tersebut. Pasalnya lahan tersebut bukan milik Pemkot maka perlu adanya diskresi dan perlu dilihat legalitasnya.

“Itu di atas ada tanahnya pengembang. Tapi, kalau bukan punya pemkot harus dilakukan pemutihannya atau kami panggil dulu pengembangnya. Perlu ada diskresi,” jelasnya.

Lebih lanjut, Ita mengatakan untuk penanganan banjir di Dinar Indah dan Rowosari sudah melalui rapat bersama Pemprov Jawa Tengah dan juga stakeholder terkait. Ia menjelaskan memang ada beberapa poin yang menjadi kewajiban masing-masing pemangku.

Sebut saja untuk Pemkab Semarang perlu mengevaluasi rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan pembenahan lingkungan. BBWS Pemali Juana juga harus melakukan kajian normalisasi Sungai Mluweh atau hulu DAS Babon dan membuat bendungan atau kolam retensi.

“Kalau kajian dan DED prosesnya lama. Sehingga perlu memikirkan apa yang harus kita lakukan dulu, misalnya pemasangan bronjong. Kami dari Semarang melakukan penanganan. Apapun mereka warga Semarang. Kita harus selesaikan,” ujarnya. (tra/ion)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *